Salin Artikel

Bocah WNA Tersangkut di Flying Fox Nusa Penida Bali, Ternyata Pengelola Belum Kantongi Izin

Ternyata, wahana flying fox yang viral itu belum mengantongi izin.

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Damkar Klungkung Dewa Putu Suwarbawa, mengatakan wahana tersebut diketahui mulai beroperasi pada 2 Juli 2024.

Namun, dalam pengoperasiannya pengelola hanya mengantongi izin objek wisata pantai yang tidak sesuai untuk membangun wahana flying fox.

"Saat kami panggil dia menunjukkan izin wisata pantai sedangkan kegiatannya adalah kegiatan wisata buatan manusia, kan flying fox inikan tidak sesuai, jadi punya izin tapi tidak sesuai peruntukannya," kata dia kepada wartawan pada Senin (15/7/2024).

Ia mengatakan pihaknya melakukan pemeriksaan di lokasi kejadian usai mendapat informasi adanya wahana flying fox tersebut pada 9 Juli 2024.

Saat dilakukan pengecekan, pengelola wahana tidak bisa menunjukkan dokumen izin terkait usaha tersebut.

Kemudian, pihaknya menggelar rapat koordinasi bersama instansi terkait serta menghadirkan pengelola wahana atas temuan tersebut pada 12 Juli 2024.

Dalam rapat diketahui pengelola tersebut tidak mengantongi beberapa persyaratan mendirikan wahana flying fox, di antaranya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dan kajian dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.

"Hasil pemanggilan itu pihak perwakilan flying fox yang hadir memang belum memiliki izin terkait izin operasional flying fox itu, kemudian belum juga memiliki Amdal karena itu kan di jurang tebing pantai, kemudian kajian dari Dinas PUPR, kajian pembangunan gedung," kata dia.

Atas temuan itu, Satpol PP Klungkung langsung menutup sementara wahana flying fox tersebut terhitung sejak 12 Juli 2024.

Suwarbawa mengatakan pada prinsipnya pemerintah kabupaten Klungkung sangat mendukung kehadiran investor mengembangkan pariwisata di Nusa Penida.

Namun, dia berharap para investor juga harus menaati aturan yang berlaku, apalagi membangun wisata ekstrem seperti flying fox tersebut.

"Ke depannya kalau memang kami temukan flying fox beroperasi sebelum mengantongi izin sesuai ketentuan perundang-undangan akan kami tertibkan. Sampai saat ini sudah ditutup dan tidak ada kegiatan," kata dia.

Sebelumnya diberitakan, sebuah video yang mempertontonkan seorang anak warga negara asing (WNA) tersangkut saat bermain di wahana flying fox, Pulau Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali, viral di media sosial.

Dalam video tersebut, zip line atau alat katrol yang digantungkan pada sling baja yang digunakan bocah tersangkut dan gagal meluncur di tengah perjalanan.

Momen menegangkan pun terjadi saat bocah tersebut berusaha sendiri agar zip line yang tersangkut bisa berjalan.

Dia tampak menggoyang-goyangkan tubuhnya sehingga zip line tersebut bisa berjalan secara berlahan.

Kapolsek Nusa Penida Kompol Putra Sumerta mengatakan kejadian yang dialami bocah tersebut terjadi di objek wisata Diamond Beach, Desa Pejukutan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, Jumat (12/7/2024).

Dalam insiden itu, bocah berusia 11 tahun dari pasangan suami istri WNA tersebut berhasil selamat tanpa ada luka sedikit pun.

"Seorang anak warga negara asing tersebut dalam kondisi selamat dan tidak sampai menimbulkan luka baik ringan ataupun berat," kata dia dalam keterangan tertulis pada Senin (15/7/2024).

https://denpasar.kompas.com/read/2024/07/15/181153378/bocah-wna-tersangkut-di-flying-fox-nusa-penida-bali-ternyata-pengelola

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com