Salin Artikel

1 Desa di Buleleng Krisis Air Bersih, 700 KK Dapat Suplai BPBD

Akibatnya, ada sekitar 700 kepala keluarga (KK) di desa tersebut kini mengandalkan suplai air bersih dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng.

Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, Putu Ariadi Pribadi mengatakan, penyuplaian air bersih ke desa tersebut, sudah dilalukan sejak beberapa hari terakhir.

"Air yang kita suplai itu langsung di simpan di reservoar dan tandon-tandon besar," kata dia, dikonfirmasi Jumat (23/8/2024) di Buleleng.

Setiap harinya, dilakukan penyuplaian air hingga tiga tangki mobil.

Ia menambahkan, Pemerintah Desa telah mengajukan permohonan suplai air bersih ke BPBD hingga 27 Agustus.

Namun, tak menutup kemungkinan penyuplaian air bersih disebut akan dilakukan melebihi tanggal tersebut.

Mengingat, puncak kemarau diprediksi masih akan terjadi pada bulan September 2024.

"Sementara dari permohonan desa sampai tanggal 27 Agustus, kalau memang dibutuhkan kami akan lanjutkan suplai airnya," imbuh dia.

Ariadi menyebut, krisis air di Desa Pangkungparuk, terjadi akibat sumber mata air yang mengecil saat musim kemarau.

Dari 28 desa yang berpotensi mengalami kekeringan, baru desa tersebut yang melakukan permohonan air bersih.

"Tahun 2024 baru Desa Pangkung paruk saja (suplai air bersih). Dari perkiraan BMKG puncak kemarau terjadi Agustus-September," lanjut dia.

Sementara itu, Perbekel Pangkungparuk Ni Nyoman Sekarini mengatakan, krisis air bersih di desanya setempat sudah terjadi sejak bulan Juli 2024.

Krisis air itu, dirasakan oleh 700 KK di tiga banjar wilayah, yakni Banjar Laba Amerta, Banjar Laba Nangga, dan Banjar Pangkungparuk.

Meski telah dibantu penyuplaian air oleh BPBD Buleleng. Namun, warga masih harus bergiliran untuk menerima air.

Saat ini, air yang disuplai oleh pemerintah itu hanya bisa digunakan untuk memasak dan mandi.

"Tiap hari tiga tangki. Sudah terpenuhi, tapi bergilir dua hari sekali dapat giliran. Masih dicukup-cukupkan, untuk mandi dan masak saja," kata dia.

Sekarini menyebut, krisis air bersih ini memang sering terjadi di desanya, terutama saat musim kemarau.

Selain sumber air yang mengecil, kurangnya tempat penampungan air (reservoir) juga menjadi penyebab krisis air bersih.

Di desa tersebut, saat ini hanya ada dua reservoir. Penampungan air itu, digunakan oleh tujuh dusun dengan total 2.334 KK.

Kata dia, Pemerintah Desa berencana akan membangun reservoir dan sumur bor untuk mengatasi krisis air di desa.

"Tahun 2025, saya akan usulkan program untuk penambahan penampungan, biar di sana dibuatkan sumur bor," tutup dia.

https://denpasar.kompas.com/read/2024/08/23/105704978/1-desa-di-buleleng-krisis-air-bersih-700-kk-dapat-suplai-bpbd

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com