Salin Artikel

Ratusan Buruh PLTU Celukan Bawang Diterpa Isu PHK Massal, Ini Penjelasan Manajemen

BULELENG, KOMPAS.com - Sebanyak 254 buruh PLTU Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali, diisukan kehilangan pekerjaannya akibat pemutusan hubungan kerja (PHK).

Para pekerja tersebut kehilangan status kerja yang semula adalah PKWTT (karyawan tetap) kemudian keseluruhan menjadi PKWT (karyawan kontrak).

Persoalan ini bermula ketika PT CHD akan berakhir kontrak kerjanya pada akhir bulan September ini.

PT CHD bekerja sama dengan PT General Energi Bali (GEB) selaku pengelola PLTU Celukan Bawang yang berlangsung selama 10 tahun. Kerja sama itu dalam perekrutan tenaga kerja.

Para pekerja di PLTU tersebut direkrut oleh PT Victory yang bekerja sama dengan PT CHD.

Berakhirnya kontrak kerja PT CHD otomatis memutus juga kontrak dengan para pekerja di bawah naungan PT Victory.

Pada tanggal 13 September lalu, sempat terjadi aksi terkait kejelasan nasib pekerja. Bahkan, ada pekerja yang menuntut pesangon.

Kemudian, PT GEB mengumumkan akan merekrut para pekerja tersebut dengan syarat membuat surat pengunduran diri dari PT Victory dan langsung mengajukan lamaran sebelum tanggal 22 September.

Di dalam pengumuman tersebut juga tertera jika gaji para pekerja diterima sama saat bekerja dibawah naungan PT Victory.

PT Garda Arta Bumindo (GAB) di bawah naungan PT GEB sebagai pihak outsourcing merekrut para pekerja sejak tanggal 17 September.

General Affair PT General Energi Bali (GEB), Indriati Tanutanto mengatakan, kontrak kerja PT CHD sudah berakhir akhir September ini jadi otomatis yang berada di bawah naungannya juga diputus.

Untuk itu para pekerja yang berjumlah 254 orang direkrut kembali oleh PT GAB di bawah naungan PT GEB. Syaratnya harus mengundurkan diri terlebih dahulu dari perusahaan sebelumnya.

"Ya mereka harus mundur dulu, tidak boleh mereka terdaftar di dua perusahaan berbeda. Mereka mau mengerti dan sudah mengajukan lamaran kerja," sebut dia.

"Mereka sudah langsung bekerja tidak ada yang di-PHK. Bahkan sudah ada sekitar 200 orang yang mendaftar hingga kemarin sore," imbuhnya.

Indriati Tanutanto menambahkan, untuk masalah pesangon itu merupakan tanggung jawab dari perusahaan PT Victory yang menetapkan kebijakan menjadikan beberapa pekerja sebagai pegawai tetap tanpa sepengetahuan dari PLTU Celukan Bawang.

Menurutnya, gaji para pekerja yang diterima kembali sudah sesuai.

"Untuk pesangon itu urusan dari PT Victory. Kami berusaha merekrut mereka kembali agar PLTU berjalan terus, karena pekerja ada yang sebagai operator, maintenance, sopir, cleaning service dan sebagainya," jelasnya lagi.

"Untuk gaji sudah ada di pengumuman saat menandatangani kontrak kerja, dan gaji mereka utuh atau sama seperti saat bekerja sebelumnya," tutup dia.

Di sisi lain, ratusan buruh PLTU tersebut telah mengajukan permohonan lamaran pekerjaan kembali ke perusahaan yang ditunjuk sebagai penyedia tenaga kerja.

Salah satu karyawan, Gita Noviana Nur menyebut, ia memutuskan untuk bergabung kembali karena tidak ada PHK, yang ada hanya berpindah ke perusahan lain.

"Setelah melamar ulang, langsung kerja tidak ada jeda, atau dirumahkan dahulu. Karena tidak ada perubahan dan kontraknya jelas, jadi kami tidak ada dirugikan apa-apa," kata dia.

https://denpasar.kompas.com/read/2024/09/23/082331878/ratusan-buruh-pltu-celukan-bawang-diterpa-isu-phk-massal-ini-penjelasan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com