Salin Artikel

Menikmati Kelezatan Tipat Cantok, Kuliner Tradisional Bali yang Tak Tergantikan

BULELENG, KOMPAS.com - Tangan cekatan Nyoman Meri (48) begitu terampil mengulek bumbu kacang menggunakan ulekan batu pada Rabu (20/11/2024) pagi di sudut belakang warungnya di Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali.

Suara batu yang saling bergesekan dengan halus menciptakan irama yang menenangkan. Sementara aroma bumbu yang khas mulai tercium, menggoda setiap pembeli yang sudah menunggu.

Meri menghaluskan kacang tanah goreng bersama cabai, terasi, dan bumbu lainnya dalam nampan ulek. Mengolahnya menjadi sambal yang pekat dan beraroma kuat.

Bumbu kacang ini adalah kunci utama dari kelezatan tipat cantok, makanan khas Bali. Kuliner tradisional yang tetap bertahan dan memikat hati banyak orang.

"Ini yang membuat tipat cantok terasa spesial. Bumbu kacangnya harus pas, antara manis, pedas, dan gurih," ujarnya saat ditemui Kompas.com, Rabu pagi.

Ia kemudian menyiapkan sayuran yang akan menjadi pelengkap hidangan. Di meja, terlihat tumpukan sayuran segar. Ada kacang panjang yang dipotong-potong, taoge, serta irisan kangkung.

"Sayuran harus direbus cukup matang, tapi tidak boleh terlalu lembek. Untuk menjaga kesegaran dan teksturnya," kata dia.

Ketupat yang disajikan sebagai dasar hidangan dipotong-potong di atas piring. Kemudian ditata bersama sayur-sayuran dan dibaluri bumbu kacang.

Ketupat ini tidak hanya menjadi karbohidrat utama dalam hidangan tipat cantok. Tetapi juga memberikan tekstur kenyal yang menjadi ciri khas dari makanan ini.

Meri menjelaskan, tipat cantok merujuk pada cara memasak sayuran yang dicampur atau dihancurkan dengan sambal kacang.

Keaslian rasa dan penyajian

Seiring berjalannya waktu, meskipun banyak inovasi dalam dunia kuliner, tipat cantok tetap mempertahankan keaslian rasa dan cara penyajiannya.

"Tipat cantok itu ketupat atau yang biasa disebut tipat dan cantok yang berarti dicampur dalam bahasa Bali," jelasnya.

Meri sudah lebih dari 20 tahun berjualan tipat cantok di Kota Singaraja, Bali. Meskipun banyak kedai makanan modern dan restoran internasional di sekitarnya, ia tetap setia menjual kuliner tradisional ini.

Hal itu menjadikan warung kecilnya tetap dicari, baik oleh wisatawan maupun penduduk lokal.

Satu porsi tipat cantok ia jual seharga Rp 10.000. Harga yang sangat ramah di kantong. Dalam sehari ia bisa menjual hingga 30 porsi tipat cantok.

Salah satu pengunjung warung, Komang Maya Kurnia mengaku puas setelah menyantap sepiring tipat cantok.

"Buat saya makanan ini sangat dekat dengan budaya kami. Rasanya sederhana tapi membuat saya seperti bernostalgia saat mengingat orangtua memasak tipat cantok di rumah," ujarnya.

Menurutnya, ada banyak tempat yang menjual tipat cantok dengan versi dan cara penyajian masing-masing. Sehingga tipat cantok tetap menjadi salah satu kuliner tradisional ikonik Bali yang tak tergantikan.

https://denpasar.kompas.com/read/2024/11/20/092508278/menikmati-kelezatan-tipat-cantok-kuliner-tradisional-bali-yang-tak

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com