Salin Artikel

TKW Asal Bali Tewas di Malaysia Diduga Dibunuh, BP3MI Telusuri Agen Penyalur

BULELENG, KOMPAS.com - Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Provinsi Bali menelusuri agen penyalur Ni Ketut Nurhayati (39), tenaga kerja wanita (TKW) asal Bali yang tewas diduga dibunuh di Malaysia.

Dari informasi sementara yang diterima oleh BP3MI Bali, Nurhayati bekerja ke Malaysia melalui sebuah agen penyalur tenaga kerja di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

"Dari keterangan suaminya, almarhum bekerja melalui sebuah perusahaan di Jawa Timur. Kami masih tracing dan data apakah perusahaan itu resmi," kata Kepala BP3MI Bali, Anak Agung Gde Indra Hardiawan, Rabu (8/1/2024) sore di Buleleng.

Ia menyebutkan, negara tetap harus hadir melindungi pekerja migran. Meskipun pekerja migran tersebut bekerja ke luar negeri melalui jalur yang tidak resmi.

"Pada prinsipnya, baik ilegal, tidak tercatat, maupun tercatat, pemerintah tetap hadir memfasilitasi warga negaranya," lanjut dia.

Ia juga berharap semua warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri tercatat dan dokumen kerjanya lengkap.

"Pastinya jika bekerja secara resmi ada proteksi. Setiap warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri wajib memiliki jaminan sosial. Hal ini penting dapat dimanfaatkan," katanya.

Sementara itu, suami Nurhayati, Komang Suinten juga mengonfirmasi jika mendiang istrinya tersebut bekerja jadi TKW di Malaysia melalui agen di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

Nurhayati berangkat ke Malaysia pada 3 Juli 2023 untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga. Menurut Suwinten, istrinya itu sempat berkomunikasi dengannya pada tiga bulan awal setelah keberangkatannya ke Malaysia.

Namun, setelah itu komunikasi antar keduanya terputus. Pada awal tahun 2024, Suinten mendapat kabar jika Nurhayati kabur dari majikan tempatnya bekerja.

Kemudian, pada 4 Januari 2025 lalu, ia diberitahu bahwa istirnya meninggal dunia diduga dibunuh.

"Kami masih sempat berhubungan setelah bekerja di sana. Setelah itu lost contact dan tiba-tiba saya dapat informasi ini (meninggal dunia)," tutur Suwinten.

Adapun jenazah Nurhayati telah dipulangkan dari Malaysia dan tiba di rumah duka di Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali, Kamis (9/1/2024) pukul 16.30 Wita.

Sebelumnya, seorang perempuan yang merupakan tenaga kerja wanita atau TKW bernama Ni Ketut Nurhayati (39) asal Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali, diduga menjadi korban pembunuhan di Malaysia.

Luh Sri Mulyani salah satu kerabat korban bernama mengatakan, Nurhayati ditemukan meninggal dunia di sebuah kamar hotel dengan berlumuran darah.

Hotel lokasi korban ditemukan tewas berada di wilayah Puchong, Malaysia. Polisi setempat menduga korban meninggal dunia karena dibunuh.

"Foto kejadian Mbak Nur itu (korban) pas masih di kamar hotel pas pertama kali ditemukan dan masih berlumuran darah ditutupi selimut," katanya dalam konfirmasinya, Selasa (7/1/2025).

Peristiwa tewasnya warga negara Indonesia ini diberitakan oleh media Malaysia, bharian.com. Media itu menyebutkan bahwa wanita asal Indonesia berusia 39 tahun itu tewas dibunuh.

Jenazah wanita itu ditemukan di dalam sebuah kamar hotel di kawasan Puchong, Malaysia, Selasa (31/12/2024) pada pukul 22.15 waktu setempat dalam kondisi berlumuran darah.

Aparat kepolisian setempat telah menahan dua orang WNA yang terkait dengan peristiwa pembunuhan tersebut. Salah seorangnya diketahui pria berkebangsaan Bangladesh.

Polisi menyebutkan peristiwa pembunuhan itu dilatarbelakangi motif cemburu.

https://denpasar.kompas.com/read/2025/01/09/095005478/tkw-asal-bali-tewas-di-malaysia-diduga-dibunuh-bp3mi-telusuri-agen-penyalur

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com