Salin Artikel

Nestapa Anak Korban Pembunuhan di Bali, Mengira Ayahnya Masih Bekerja

Kadek tewas secara tragis di tangan Bastomi Prasetyawan alias Mas Pras (38) di depan sebuah warung setempat pada Kamis (13/2/2025) sekitar pukul 02.00 Wita dini hari.

Istri korban, Komang Ayu (31), belum rela melepas kepergian suaminya, yang merupakan teman masa kecil yang menikahinya pada tahun 2014.

Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai dua orang anak perempuan; yang pertama masih duduk di kelas IV sekolah dasar (SD) dan yang kedua di taman kanak-kanak (TK).

"Dulu kami teman SD. SMP tiang (saya) tidak ketemu, SMA ketemu, lagi DW (Daily Worker) di Inna Bali. Pacaran dua tahun," ungkap Ayu sambil menahan tangis mengenang kebersamaan dengan sang suami.

Anak bungsu mereka, yang belum mengetahui bahwa ayahnya telah meninggal, mengira bahwa Kadek masih berada di tempat kerja.

Ayu menjelaskan bahwa si bungsu beberapa kali mengaku melihat sosok ayahnya melambaikan tangan, yang merupakan kebiasaan Kadek saat berangkat kerja.

"Saya rasa belum, nanti pelan-pelan pasti mereka tahu. Itu anak kesayangannya yang paling kecil. Waktu pulang penguburan, dia menangis, katanya lihat bapak dadah-dadah di depan sebuah warung di Jalan Nangka," katanya dengan mata sembap bekas tangisan.

Di mata Ayu, Kadek adalah sosok penyayang keluarga dan pekerja keras.

Kadek bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah restoran di Petitenget, Kabupaten Badung, dan terkadang mengambil pekerjaan sebagai seniman tato jika ada pelanggan yang membutuhkan jasanya.

"Kadek setiap hari paling mengurus anak. Dia juga ada side job, kalau ada yang tato, dia ambil. Paling jemput anak sekolah, nganter anak sekolah," tambahnya.

Kakak korban, Gede Dana Putra, juga masih tidak menyangka adik kesayangannya menjadi korban kekejian Bastomi.

Dia berharap pelaku mendapat hukuman setimpal dengan perbuatannya.

"Keluarga tidak ada niat bertemu sama pelaku. Kami lagi berduka, biarkanlah hukum menanti dia di sana," ujarnya.

Jenazah Kadek telah dimakamkan di kampung halamannya di Kabupaten Karangasem, dan keluarga berencana mengadakan upacara kremasi (aben) pada tahun 2026.

Sebelumnya, seorang pemuda bernama KP (31) juga tewas usai menjadi korban penusukan oleh orang tidak dikenal di depan sebuah warung 24 jam di Jalan Nangka Utara, Kota Denpasar.

Kejadian tragis tersebut terjadi saat korban bersama temannya, berinisial WWA (33), datang ke warung tersebut untuk membeli minuman.

Setelah melakukan serangkaian penyelidikan, polisi berhasil menangkap pelaku di Pelabuhan Tanjung, Surabaya, Jawa Timur, pada Minggu (16/2/2025) pukul 17.00 WIB waktu setempat.

Polisi terpaksa menembak kedua kaki pelaku karena berusaha kabur saat hendak ditangkap.

Pelaku berencana melarikan diri ke Tarakan, Kalimantan Utara, menggunakan kapal.

Atas perbuatannya, tersangka dijerat dengan Pasal 351 ayat 3 KUHP junto Pasal 338 tentang pembunuhan dengan ancaman penjara paling lama 15 tahun.

https://denpasar.kompas.com/read/2025/02/18/170127678/nestapa-anak-korban-pembunuhan-di-bali-mengira-ayahnya-masih-bekerja

Terkini Lainnya

Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
 Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com