Sampah kiriman tersebut terletak di area yang sebelumnya ditata untuk perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada November 2022.
Gus Ipul menjelaskan bahwa sampah yang menempel di batang mangrove sebagian besar disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah.
"Dari yang kita amati setiap hari, banyak sampah dari hulu sana, yang mayoritas itu sampah domestik, atau sampah-sampah yang dibuang oleh warga atau rumah tangga. Yang ini sungguh membuat kota kita menjadi tidak indah," ungkapnya.
Pernyataan ini disampaikan Gus Ipul setelah melakukan aksi kerja bakti massal untuk membersihkan sampah di lokasi tersebut, yang dimulai sejak pukul 07.30 Wita.
Kegiatan tersebut dihadiri Wakil Wali Kota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa, aktivis lingkungan, aparat, dan warga setempat.
Menteri Sosial tersebut menekankan bahwa pemerintah Kota Denpasar telah memiliki aturan dan sarana prasarana untuk mengatasi masalah sampah.
Namun, ia menggarisbawahi bahwa upaya tersebut belum sejalan dengan kesadaran masyarakat.
"Karena itu, saya meminta pemerintah Kota Denpasar lebih gencar mensosialisasikan pemilahan sampah dan penegakan aturan secara maksimal," tambahnya.
"Mudah-mudahan dalam enam bulan ke depan ada perubahan yang signifikan. Terutama adalah kesadaran masyarakat," harap Gus Ipul.
Di tempat yang sama, Wakil Wali Kota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa mengakui bahwa tingkat kesadaran masyarakat dalam pemilahan sampah masih rendah, yakni hanya sekitar 30 persen.
Padahal, Pemkot Denpasar telah menginstruksikan pemilahan sampah sejak 1 Oktober 2024.
"Keberhasilannya ini yang kami akan genjot, mudah-mudahan dalam enam bulan ke depan persentase 30 persen dari masyarakat melakukan pemilahan sampah bisa mencapai 50 persen, memang butuh waktu," ujarnya.
Ia juga memastikan bahwa dalam enam bulan ke depan, pihaknya akan mengambil berbagai langkah untuk mengatasi persoalan tersebut.
https://denpasar.kompas.com/read/2025/02/25/155018378/mensos-gus-ipul-prihatin-lihat-sampah-cemari-kawasan-mangrove-di-tahura