Salin Artikel

Siswa SMK 7 Denpasar Dianiaya Temannya, Kepala Sekolah Sebut Bukan Bullying

Sebab, peristiwa yang menimpa korban tersebut tidak terjadi secara berulang-ulang.

Korban dan pelaku juga sempat berteman baik sebelum kejadian tersebut.

"Kalau menurut saya itu memang terjadi tindakan kekerasan fisik, namun definisi bullying itu kan terjadi secara terus menerus," kata dia kepada wartawan saat ditemui di sekolahnya, pada Jumat (16/5/2025).

Ia mengatakan, insiden tersebut terjadi setelah pulang sekolah dan di luar lingkungan sekolah, pada Kamis (15/5/2025) sekitar pukul 16.00 Wita.

Korban, berinisial GA, duduk di kelas X, sedangkan dua pelaku, yakni berinisial INA (siswa kelas X) dan SA (kelas XI).

Ketiganya merupakan teman setongkrongan.

"Tidak ada masalah sama sekali. Tidak ada peristiwa bully sama sekali. Cuma karena peristiwa itu disaksikan banyak orang dan banyak yang merekam, kemudian pelaku lebih dari satu, itu yang mungkin dianggap bullying," kata dia.

Bajeggiarta mengungkapkan, kasus tersebut sudah diselesaikan secara kekeluargaan setelah pihak sekolah memfasilitasi mediasi antara korban dan pelaku.

Di sisi lain, salah satu pelaku, berinisial SA, mengundurkan diri dari sekolah.

Adapun satu pelaku lainnya, INA, akan dilakukan pembinaan.

"Orangtua dari pihak SA, dari pihak yang memukul, saya klarifikasi yang jelas Beliau minta mundur dari sekolah kami," kata dia.

Berkaca dari kasus ini, Bajeggiarta mengatakan akan memperketat pengawasan terhadap aktivitas siswa di sekolah tersebut.

Para guru diminta untuk melakukan pengawasan di jam istirahat, khususnya di area yang tidak terpantau kamera CCTV.

"Saya tekankan kepada guru kalau (siswa izin) ke kamar mandi itu tidak boleh lebih dari satu orang. Harus satu orang, tidak boleh ditemani," kata dia.

Sebelumnya, sebuah video yang menampilkan seorang siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Denpasar, Bali, viral di media sosial Instagram.

Dalam video tersebut, terlihat seorang siswa dianiaya oleh dua orang temannya di sebuah jalan raya.

Para pelaku tampak bergantian memukul dan menendang korban.

Sejumlah siswa lain juga terlihat dalam video tersebut, tetapi mereka hanya tertawa tanpa berusaha untuk melerai aksi penganiayaan tersebut.

Kepala Bidang Humas Polresta Denpasar, AKP I Ketut Sukadi mengatakan, korban dan para pelaku dalam kasus tersebut bersepakat untuk berdamai.

"Kedua belah pihak resmi berdamai dan pelaku siap membiayai pengobatan korban," kata dia dalam keterangannya, pada Jumat (16/5/2025).

Ia mengatakan, kejadian itu bermula dari adanya video yang memperlihatkan sejumlah siswa sedang merokok di toilet sekolah.

Mereka lalu mendapat pembinaan dari guru Bimbingan Konseling (BK) pada Kamis, 15 Mei 2025.

Berangkat dari kejadian itu, para pelaku menuduh korban yang telah menyebarkan video tersebut kepada guru BK.

Padahal, korban juga termasuk yang mendapat binaan dari guru BK.

Setelah pulang sekolah, para pelaku menemui korban untuk menanyakan maksudnya menyebarkan video tersebut kepada guru BK.

"Karena merasa tidak melakukan hal tersebut, korban membela diri dengan kukuh bahwa tidak ada menyebarkan video tersebut, kemudian pelaku SA menendang korban beberapa kali," kata dia.

Kemudian, salah satu pelaku berinisial INA ikut menganiaya korban dengan cara memukulnya menggunakan tangan sebanyak dua kali.

https://denpasar.kompas.com/read/2025/05/16/171649278/siswa-smk-7-denpasar-dianiaya-temannya-kepala-sekolah-sebut-bukan-bullying

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com