Richo merupakan salah satu penumpang yang selamat dari insiden tenggelamnya kapal penumpang tersebut di perairan Selat Bali.
Richo menceritakan bahwa ia tidak menyadari awal mula insiden karena sedang beristirahat.
Peristiwa itu terjadi pada Rabu (2/7/2025) menjelang tengah malam.
"Saya kurang paham awalnya bagaimana, karena saya istirahat. Jam 01.00 Wita harusnya saya jaga lagi. Tapi kapal mulai tenggelam sekitar jam setengah 12 Wita," tutur Richo di Jembrana, Kamis (3/7/2205).
Richo terbangun ketika kapal mulai miring dan situasi semakin tidak terkendali.
"Saya terasa kapalnya sudah miring, langsung bangun, dan cari posisi paling tinggi. Kapal miring ke kanan, saya ke kiri supaya bisa selamat. Saat kapal mulai mau tenggelam, lampu mati total, blackout," tuturnya.
Dalam kondisi gelap dan panik, Richo memutuskan melompat ke laut.
Saat itu, sejumlah penumpang lainnya juga mulai terjun menyelamatkan diri.
"Saya langsung nyebur. Orang-orang ramai. Saya arahkan mereka ke pelampung atau perahu penyelamat. Saya sendiri juga naik ke situ," katanya.
Richo menyebutkan, ada 16 orang yang berhasil menaiki perahu karet penyelamat.
Namun situasi di laut sangat sulit karena ombak tinggi dan banyak dari korban yang sudah kelelahan.
"Ombaknya keras. Orang-orang sudah nggak ada tenaga, muntah-muntah, banyak yang minum air laut. Mau dayung juga nggak kuat. Kami cuma bisa menunggu pertolongan," ujarnya.
Hingga pagi hari, belum ada bantuan yang datang.
Mereka akhirnya diselamatkan oleh perahu nelayan yang kebetulan melintas dan menarik perahu karet tersebut ke tepi.
Ia bersama belasan penumpang lainnya yang selamat dievakuasi di pesisir Pantai Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali.
Diberitakan sebelumnya, KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam di Selat Bali pada Rabu (2/7/2025) malam, membawa 65 orang, terdiri dari 53 penumpang dan 12 kru kapal.
https://denpasar.kompas.com/read/2025/07/03/113953578/detik-detik-menegangkan-kmp-tunu-pratama-jaya-tenggelam-abk-saya-bangun