Salin Artikel

Pernah Mengantar Turis ke Rinjani, Tour Leader dari Bali Sebut Medan Berbatu dan Berpasir Jadi Tantangan

Berkaca atas kasus tersebut, bahkan disebut bahwa kini pemula dilarang untuk melakukan pendakian di sana.

Warga Bandung yang menetap di Bali, Ima Sumirat, mengatakan Gunung Rinjani memang bukan untuk pemula sebab jalurnya variatif.

"Info terbaru, pemula dilarang naik. Ada interview terlebih dulu sebelum mendaki. Jika ada yang bohong, risiko ditanggung sendiri," tutur Ima, pada Kamis (10/7/2025).

Selain medannya berbatu dan berpasir, ketinggian Rinjani juga tidak main-main, mencapai lebih dari 3.200 meter di atas permukaan laut.

Menurutnya, untuk bisa mendaki Rinjani, seseorang harus berlatih fisik dulu hingga benar-benar siap.

"Jadi harus berlatih naik gunung yang ketinggiannya 1.500 meter, 2.000 meter, atau 2.500 meter dulu. Kalau di Bali, bisa Gunung Batur lewat Culali untuk latihan," jelasnya.

Ima sudah hampir 20 tahun berpengalaman mendaki gunung.

Pada akhir Juni 2025 lalu, dia melakukan pendakian di Gunung Rinjani bersama 10 turis.

Dia bertugas sebagai tour leader.

Adapun untuk mengantar 10 turis tersebut, dia mengajak 3 guides dan 8 porter.

Mereka memang tidak sampai di puncak, tapi hanya di Pelawangan Senaru Camp.

"Tapi yang naik sampai Plawangan Senaru 7 orang. Sementara 2 orang lansia nggak ikut naik dan 1 orang karena keseleo sebelumnya, sampai pos 2 saja," ucapnya.

Dia menjelaskan, biasanya memang ada dua sistem pendakian untuk turis, yakni privat dan open trip.

Menurutnya, biasanya masalah kerap muncul dalam open trip.

Dalam private trip, jumlah pendaki yang dihandle hanya antara 2 sampai 4 orang.

Sementara untuk open trip, minimal 5 orang.

"Nah, gol untuk mereka yang ikut open trip pasti ingin sampai di puncak. Sementara yang dihandle oleh pemandu ada banyak."

"Di sinilah kadang muncul dilema untuk yang tidak kuat fisiknya. Pendaki yang lain jarang mau menunggu. Apalagi sebelumnya mereka tidak saling kenal," imbuhnya.

Karena itu, dia sangat menyarankan agar siapapun yang mau mendaki Gunung Rinjani, untuk benar-benar menyiapkan fisik.

Jangan pernah meremehkan persiapan dan peralatan pribadi yang harus dibawa.

"Dinginnya di gunung berbeda dengan kondisi kalau di darat. Keadaan 10 derajat di gunung berbeda. Walaupun untuk mereka yang biasa tinggal di daerah dingin. Dengarkan pemandu," tegasnya.

Selain itu, Ima juga meminta siapapun yang melakukan pendakian, harus bertanggung jawab pada sampah, terutama sampah tisu.

https://denpasar.kompas.com/read/2025/07/10/142945178/pernah-mengantar-turis-ke-rinjani-tour-leader-dari-bali-sebut-medan-berbatu

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com