Di usia yang telah menginjak 79 tahun, Wayan Nika masih tetap aktif, tak menyerah sedikit pun untuk menjalankan kerja-kerja sosialnya.
Mengenakan baju kaus dan jaket abu-abu, serta sarung nuansa kotak-kotak, sore itu, Minggu (27/7/2025), Wayan Nika, berjalan menyapa hangat anak-anak di wantilan.
Kehadiran Wayan Nika bagaikan ayah atau kakek sendiri bagi anak-anak yang jauh dari keluarganya.
Wayan Nika saat ini mengurus panti bersama istrinya, Ni Nyoman Suasti (62).
"Sekarang ada 51 anak di sini. Paling besar sudah menempuh S3, kalau paling kecil, ada yang masih TK."
"Mereka semua dari Bali. Sebagian besar orangtuanya sudah tidak ada," tutur Wayan Nika saat ditemui di panti asuhan yang beralamat di Jalan Trengguli 80, Penatih, Denpasar.
Bagi Wayan Nika, semangat dan ketulusan untuk membantu anak-anak Bali adalah modal utamanya.
Meskipun kadang dana pas-pasan, namun dia yakin, pasti selalu ada jalan keluar. Pasti akan ada orang-orang baik yang datang dan membantu.
Dari studio foto ke panti asuhan
"Dulu saya kan kerja sebagai fotografer. Namanya Monika Foto Studio. Ramai sekali yang antre, sampai mereka tidak dapat parkir. Dana dari sana saya kumpulkan untuk panti ini," tutur Nika.
Kala itu, Nika juga kerap mendapat pekerjaan sebagai fotografer di hotel-hotel di Bali.
Laki-laki kelahiran 15 Oktober 1946 itu menceritakan, Panti Asuhan Hindu Dharma Jati berdiri pada 15 Oktober 1985.
Panti pertama dibangun di Desa Bakas, Kabupaten Klungkung. Kemudian dilanjutkan dengan Panti Asuhan Hindu Dharma Jati II di Kota Denpasar.
"Panti asuhan yang di Klungkung juga tetap berjalan sampai sekarang," imbuh dia.
Dengan mendirikan panti asuhan ini, Nika ingin membantu anak-anak yatim piatu, miskin, dan telantar.
Panti asuhan yang dikembangkan di bawah Yayasan Dharma Jati ini diharapkan dapat membuka kesempatan bagi anak-anak untuk menempuh pendidikan, dan membangun masa depan yang lebih baik.
Keinginan untuk mendirikan panti muncul dalam benak Wayan Nika sejak tahun 1967, ketika dia masih menjadi mahasiswa di IHD.
"Saya tidak modal uang. Hanya modal kemauan saja. Pernah kami kekurangan beras. Atas kondisi itu, saya bilang, ya sudah, hari ini kita makan bubur saja," ucap dia.
Ketika masa-masa awal, ada 25 anak miskin dan telantar yang dirawat di panti. Namun, jumlah tersebut terus bertumbuh hingga pernah mencapai 325 anak.
"Saat banyak anak di sini, saya menerapkan konsep bahwa anak-anak yang sudah senior membantu merawat adik-adiknya yang baru," imbuh dia.
Ada pun dalam penyelenggaraan pendidikan, program yang diikuti anak-anak di panti adalah pendidikan satu atap.
Pada dasarnya sama dengan sekolah umum lainnya, yakni Kejar Paket B setara SMP dan Paket C setara SMA.
Selain itu, ada pula program plus, yakni Program Pariwisata (SMK kelas jauh), serta pendidikan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar kelas kecil.
Anak-anak di panti juga mendapat pelatihan pengembangan diri, seperti menabuh, menari, menjahit, membangun, menyanyi, mekidung, memasak, ilmu bela diri, hingga angkat besi.
"Ada anak-anak yang berprestasi di bidang angkat besi dan sampai bertanding di tingkat internasional, sampai SEA Games," kata Nika yang pernah mendapat penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Presiden Soeharto.
Perjalanan Nika selama ini tentu tidaklah mudah. Banyak jatuh bangun yang telah dilewatinya. Namun, semuanya dihadapi dengan hati tulus untuk pengabdian.
"Saya diberi tahu, dalam mendirikan dan mengurus panti, pasti akan banyak cobaan dan ujian. Tapi jangan menyerah, terus saja jalan," terang Nika, pensiunan guru agama Hindu di SMAN 5 Denpasar ini.
https://denpasar.kompas.com/read/2025/07/28/092020378/40-tahun-cinta-i-wayan-nika-mengayomi-anak-anak-bali-di-panti-asuhan