Salin Artikel

Ribuan Uang Kepeng di Pura Tabanan Hilang, Polisi Turun Tangan

Kasus dugaan pencurian ini memaksa polisi untuk turun tangan. Kepala Seksi (Kasi) Humas Polres Tabanan, Iptu I Gusti Made Brata pun membenarkan adanya laporan tersebut.

Ia menyampaikan, hilangnya uang kepeng pertama kali disadari pada Rabu (20/8/2025) sekitar pukul 11.00 Wita. Saat itu, pengurus pura tengah melakukan persiapan upacara Sri Rambut Sedana.

"Saksi, Ni Nyoman Sumia yang merupakan jro mangku istri Pura Puseh, melihat uang kepeng yang disimpan di gedong pura sudah tidak ada," ujar Brata yang dikonfirmasi pada Kamis (21/8/2025).

Setelah dicek oleh kepala desa adat bersama prajuru, ternyata benar uang kepeng dalam bentuk ikatan sebanyak 1.000 keping dan dua ikat berisi masing-masing 200 keping hilang.

Ia menjelaskan, uang kepeng tersebut sebelumnya disimpan dalam sebuah ruangan penyimpanan di dalam Pura Puseh.

Anehnya, pintu penyimpanan pura masih dalam keadaan terkunci dan tidak ditemukan adanya kerusakan. Namun, kuncinya ternyata memang diletakkan di samping pintu, sehingga sangat mudah terlihat dan diakses.

"Tidak ada CCTV di areal pura maupun sekitar lokasi kejadian. Pintu utama pura juga tidak pernah dikunci, sehingga akses ke dalam cukup terbuka," kata dia.

Atas kejadian ini, kerugian ditaksir mencapai sekitar Rp 3,5 juta. "Kami sudah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), memeriksa sejumlah saksi."

"Kasus ini masih dalam penyelidikan. Kami terus menghimpun bukti-bukti lain untuk mengungkap pelaku," ucap Brata.

Uang kepeng

Uang kepeng adalah jenis mata uang tradisional yang pernah digunakan di berbagai wilayah di Indonesia, terutama pada masa kerajaan dan kolonial.

Uang jenis ini biasanya berbentuk koin logam, sering kali terbuat dari tembaga, timah, atau campuran logam lainnya, dengan lubang di tengahnya sehingga bisa dirangkai atau disimpan dengan tali.

Uang kepeng dikenal luas di wilayah di Tanah Air, tak hanya di Bali, tapi juga Jawa, dan beberapa daerah lain di Nusantara, serta memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi.

Secara etimologi, "kepeng" berasal dari kata dalam bahasa Tionghoa "qian" atau "cash" yang merujuk pada koin dengan lubang persegi di tengahnya, yang umum digunakan di Tiongkok pada masa Dinasti Tang hingga Qing.

Di Indonesia, uang kepeng sering dikaitkan dengan pengaruh perdagangan dengan Tiongkok, Belanda, dan Portugis. Koin ini digunakan untuk transaksi sehari-hari, upacara adat, atau sebagai alat tukar dalam perdagangan regional.

Di Bali, uang kepeng masih memiliki makna simbolis dalam upacara keagamaan hingga saat ini, meskipun tidak lagi digunakan sebagai alat tukar resmi.

Nilai uang kepeng biasanya ditentukan berdasarkan jumlah koin yang dirangkai, seperti satu "ikat" yang terdiri dari sejumlah koin tertentu.

https://denpasar.kompas.com/read/2025/08/21/105133578/ribuan-uang-kepeng-di-pura-tabanan-hilang-polisi-turun-tangan

Terkini Lainnya

Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
 Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com