Salin Artikel

Turis Asing Pakai Perahu Karet Lintasi Genangan Banjir Bali, Sebut Pengalaman Menarik

DENPASAR, KOMPAS.com - Sebanyak 112 titik di Provinsi Bali dilanda banjir akibat hujan deras menguyur daerah tersebut sejak Selasa (9/9/2025) hingga Rabu (10/9/2025) pagi.

Berdasarkan laporan Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Bali, sebanyak 77 titik banjir terjadi di wilayah Kota Denpasar, 13 titik di Kabupaten Gianyar, dan 10 titik di Kabupaten Badung.

Kemudian, delepan titik di Kabupaten Tabanan. Kabupaten Karangasem dan Jembrana masing-masing terdapat dua titik banjir.

Akibat kejadian ini, sejumlah wisatawan mancanegara yang tinggal sementara di beberapa akomodasi wisata di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, ikut terdampak.

Pantauan Kompas.com di Jalan Dewi Saraswati, Seminyak, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, sejumlah turis asing tersebut terpaksa mengunakan perahu karet saat masuk dan keluar dari tempat penginapan.

Sedangkan, beberapa lainnya nekat menerobos banjir dengan berjalan kaki. Ketinggian air sekitar 50 sentimeter.

Salah satunya, Derk (50), pria berkebangsaaan Afrika Selatan. Dia mengaku kejadian banjir merupakan suatu pengalaman menarik baginya.

"Ini adalah pengalaman yang menarik. Kita harus menangani segalanya. Bali adalah seperti ini. Kita tidak bisa melakukan apa-apa. Ini adalah pengalaman yang baik. Kita harus mengadopsi ini. Para turis harus mengadopsi ini. Ini adalah Bali. Selamat datang di Bali," kata dia di lokasi, Rabu.

Kendati demikian, pria yang mengaku sering berkunjung ke Bali dalam 10 tahun terakhir ini tetap berharap agar pemerintah bisa mengatasi banjir ini.

Ia pun tidak berancana untuk meninggalkan Bali karena adanya kejadian banjir ini.

"Di sini banyak hal indah walaupun tidak tempat terbaik di dunia. Bali harus ditata rapi agar menjadi tempat terbaik di dunia. Di sini makanan enak," kata dia.

Hal serupa juga dirasakan turis asing perempuan asal Selandia Baru, Billy Jade Totter (40). Dia menginap di salah satu hotel di Seminyak bersama suami dan dua orang anaknya yang masih remaja.

Billy mengaku tidak merasa terkejut meskipun baru pertama kali mengalami kejadian banjir. Ia dan keluarganya juga memilih untuk tetap berada di Bali dalam tiga minggu ke depan.

"Enggak (terkejut) karena kami kemarin melihat berita hujan besar dan tadi ada informasi banjir di mana-mana," kata dia.

Sebelumnya, Gubernur Bali I Wayan Koster mengatakan, curah hujan tinggi menjadi penyebab banjir sehingga sungai Tukad Badung tidak bisa menampung volume debet air, sehingga air meluap ke sejumlah titik tersebut.

"Ini kan hulunya jauh, panjang ini Tukad Badung ini kan panjang. Jadi curah hujan memang sangat tinggi dari kemarin selama sehari sampai tadi, ya tentu saja ini menimbulkan masalah banjir," kata dia di Pasar Kumbasari, Kota Denpasar, Rabu.

Koster juga masih enggan menyimpulkan banjir terjadi karena adanya alih fungsi lahan dan masyarakat membuang sampah ke sungai imbas TPA Suwung ditutup untuk sampah organik, sejak awal Agustus 2025.

"Jangan dulu buru-buru menyimpulkan ya, faktornya banyak ya," kata dia.

https://denpasar.kompas.com/read/2025/09/10/155603378/turis-asing-pakai-perahu-karet-lintasi-genangan-banjir-bali-sebut

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com