DENPASAR, KOMPAS.com - Sutyah (47), masih merasakan trauma usai tempat tinggalnya bersama keluarganya di Jalan Siulan, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali, dilanda banjir pada Rabu (10/8/2025) sekitar pukul 03.00 Wita dini hari.
Saat itu, Sutyah bersama suami dan dua orang anaknya yang masih bocah masih terlelap tidur setelah seharian bekerja. Tiba-tiba, luapan air sungai setempat masuk ke rumah dan langsung merendam kamar kos mereka.
"Bangun tidur kanget saya, (air) langsung datang, langsung kayak tsunami gitu," kata dia saat ditemui di Posko Pengusian, Banjar Tohpati, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar, pada Kamis (11/9/2025).
Ia menceritakan, hujan lebat dengan intensitas tinggi menambah derasnya air masuk ke dalam kamar mereka dengan ketinggian air mencapai 3 meter.
Perempuan yang keseharian berjualan krupuk peyek ini tidak sempat untuk menyelamatkan barang jualannya dan barang berharga lainnya.
Dia dan keluarga bahu membahu menyelamatkan diri dengan cara berenang ke sanggah (Pura di pekarangan rumah) yang tidak terendam banjir.
"Saya berenang. Kita saling tarik-menarik ke sanggah. Enggak bawa apa-apa cuma pakai baju di badan. Airnya sampai ke genting rumah," kata dia.
Sutyah mengatakan, tim SAR datang ke lokasi sekitar pukul 06.30 Wita. Mereka dievakuasi mengunakan perahu karet dan selanjutnya ditempatkan di Posko Pengusian Banjar Tohpati.
"Dari jam tiga pagi sampai setengah tujuh baru diselamatkan oleh tim SAR," kata dia.
Saat ini, Sutyah memilih untuk tetap berada di posko pengusian meskipun banjir telah surut. Dia enggan kembali ke kamar kosnya untuk mencari barang-barang tersisa pasca-banjir.
"Udah enggak bisa omong apa. Kemarin kami hanya memikirkan menyelamatkan diri. Biar bapak (suaminya) bersih-bersidah, saya enggak mau (masih trauma)," kata dia.
Kejadian serupa juga dialami Aulia (43). Dia mengaku bencana banjir ini merupakan yang paling parah selama 15 tahun di tinggal di Jalan Siulan.
"Baru kali ini yang banjir parah. Biasanya yang banjir tapi enggak separah ini," kata dia di lokasi yang sama.
Bahkan, Aulia juga masih sempat membantu tetangga kamar kos untuk berenang ke tempat yang lebih tinggi.
"10 orang saya selamatkan di ke Pura di tempat sembayangan. Kalau saya bergelantungan sendiri di pohon selama 3 jam," kata dia.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan korban jiwa akibat banjir besar yang melanda tujung kabupaten dan kota di Provinsi Bali, pada Rabu (10/9/2025), bertambah menjadi 14 orang.
Adapun rincian korban meninggal dunia tersebut yakni 8 orang di Kota Denpasar, 2 orang di Kabupaten Jembrana, 3 orang di Kabupaten Gianyar dan 1 orang di Kabupaten Badung.
Di sisi lain, Tim SAR gabungan juga masih melakukan operasi pencarian terhadap dua orang yang dinyatakan hilang dalam bencana tersebut.
https://denpasar.kompas.com/read/2025/09/11/160631878/cerita-mencekam-korban-banjir-bali-air-seperti-tsunami-dan-warga