Salin Artikel

Viral Pembabatan Hutan di Bali Utara, Kesatuan Pengelolaan Hutan Beri Penjelasan

Video tersebut menyoroti aktivitas pembalakan di hutan lindung yang terletak di Desa Ambengan dan Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali.

Menanggapi isu ini, Unit Pelaksana Teknis Daerah Kesatuan Pengelolaan Hutan (UPTD KPH) Bali Utara menjelaskan bahwa aktivitas yang terjadi di kawasan tersebut merupakan bagian dari program perhutanan sosial.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala UPTD KPH Bali Utara, Hesti Sagiri, menyatakan bahwa lokasi yang dipermasalahkan merupakan kawasan Hutan Desa berdasarkan Keputusan Menteri LHK Nomor SK.8806/MENLHK-PSKL/PKPS/PSL.0/12/2018, dengan luas sekitar 354 hektar.

Hak pengelolaan kawasan hutan ini telah diserahkan kepada Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Mertha Sari Bhuana.

"Petugas kami bersama Kepala Desa dan Ketua LPHD memang sempat mendatangi kediaman salah satu warga bernama Nengah Setiawan." 

"Kedatangan tersebut bukan untuk melakukan intimidasi, melainkan sebagai upaya komunikasi dan pendampingan terkait unggahan video yang menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat," ujar Hesti. 

Ia menambahkan bahwa tujuan dari kunjungan tersebut adalah untuk menyampaikan informasi secara utuh agar tidak menimbulkan multitafsir.

"Tidak ada unsur intervensi atau tekanan dalam kunjungan tersebut," tambahnya.

Hesti juga mengungkapkan bahwa kawasan hutan di Desa Ambengan sempat mengalami perambahan dan konflik akibat pembalakan liar pada awal 2000-an.

Namun, sejak hak kelola diberikan melalui skema Hutan Desa, kawasan tersebut kini memberikan banyak manfaat bagi masyarakat.

Saat ini, kawasan itu dikembangkan untuk kegiatan ekowisata Jasling Gatep Lawas dan program agroforestri yang melibatkan kelompok tani hutan.

Beragam tanaman ditanam di sana, termasuk durian, serai, vanili, talas, ubi, dan pisang.

Selain itu, lokasi yang viral tersebut juga merupakan bagian dari investasi FOLU Perhutanan Sosial Tahun 2025, yang mencakup penanaman tanaman Multi Purpose Tree Species (MPTS) seperti durian, alpukat, dan manggis, serta tanaman lainnya di bawah tegakan.

Hesti juga menyebutkan adanya program agroforestri hasil CSR BCA (Jejakin Satin) yang menyalurkan sekitar 7.000 bibit tanaman seperti cempaka, nangka, pala, sentul, sawo, dan durian, serta kegiatan rehabilitasi hutan dengan tanaman beringin dan aren.

Menurut Hesti, program perhutanan sosial di Ambengan telah memberikan dampak positif yang nyata, meningkatkan ekonomi masyarakat dan kesadaran lingkungan, serta berkontribusi terhadap pendapatan asli desa (PAD).

Desa Ambengan menjadi bagian dari kerja sama delapan desa di kawasan "Den Bukit" yang ditetapkan melalui SK Bupati Buleleng Nomor 414/417/HK/2021.

Kini, desa tersebut termasuk dalam penyusunan Integrated Area Development (IAD) Kabupaten Buleleng.

"Melalui program IAD, kami ingin memperluas pengembangan perhutanan sosial, meningkatkan produksi pangan alternatif berbasis agroforestri dan silvopasture, mengembangkan agroindustri, serta memperkuat potensi wisata alam secara berkelanjutan," ujar Hesti.

https://denpasar.kompas.com/read/2025/10/07/094205878/viral-pembabatan-hutan-di-bali-utara-kesatuan-pengelolaan-hutan-beri

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com