Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Buleleng, dr Gede Nyoman Sebawa menjelaskan vaksin ini merupakan kombinasi menggabungkan 6 jenis perlindungan penyakit dalam satu suntikan.
Vaksin Heksavalen dirancang untuk mengurangi jumlah suntikan yang harus diterima bayi dalam program imunisasi dasar.
"Kami menemukan banyak orang tua mengeluhkan anaknya terlalu sering disuntik saat imunisasi. Kalau dulu dua jenis vaksin disuntikkan terpisah, sekarang cukup satu kali," ujar Gede, Senin (13/10/2025).
Provinsi Bali menjadi salah satu dari tiga daerah percontohan nasional penerapan vaksin ini, bersama Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Program imunisasi dimulai Oktober 2025 dan menyasar bayi yang lahir setelah 9 Juli 2025.
Ia menjelaskan, Vaksin Heksavalen memberikan perlindungan terhadap difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, Haemophilus influenzae tipe B (Hib), dan polio, serta menggantikan jadwal imunisasi dasar pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
Menurut Sebawa, pengurangan jumlah suntikan tidak hanya mengurangi rasa sakit dan trauma pada bayi, tetapi juga mendorong kepatuhan orang tua untuk menuntaskan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL).
"Dengan dijadikan satu dosis Heksavalen, cakupannya akan sama. Ini langkah penting agar semua bayi mendapat perlindungan penuh," jelasnya.
Ia menambahkan, vaksin kombinasi ini juga meningkatkan efisiensi pelayanan tenaga kesehatan.
Proses imunisasi kini lebih praktis dan efektif di berbagai fasilitas kesehatan, mulai dari puskesmas, klinik, bidan praktik mandiri, hingga Posyandu.
"Untuk Kabupaten Buleleng, sasaran awal bayi usia 2 bulan sampai 2 bulan 29 hari sudah terdata sekitar 2.450 bayi," tambahnya.
Dinkes Buleleng menargetkan capaian imunisasi dasar lengkap mencapai 95 persen, sekaligus mencegah potensi kejadian luar biasa (KLB) akibat 6 penyakit menular yang dapat dicegah melalui imunisasi.
https://denpasar.kompas.com/read/2025/10/13/093137378/2400-bayi-di-buleleng-disasar-vaksin-heksavalen-dinkes-hanya-perlu-1-kali