Salin Artikel

BEM FISIP Unud Bali Kecam Segala Bentuk Perundungan atas Meninggalnya Mahasiswa

DENPASAR, KOMPAS.com – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Udayana (Unud), mengecam segala bentuk tindakan perundungan di lingkungan akademik.

Pernyataan sikap itu disampaikan melalui akun resmi BEM FISIP Unud, Jumat (17/10/2025), setelah kematian mahasiswa FISIP berinisial TAS pada Rabu (15/10/2025).

"Sebagai organisasi mahasiswa yang memegang teguh nilai-nilai moral, BEM FISIP Udayana menyatakan kecaman terhadap segala bentuk tindakan perundungan di lingkungan akademik. Tindakan ini sangat tidak berempati terhadap almarhum. Tidak ada justifikasi yang dapat diberikan untuk membenarkan tindakan ini," tulis BEM FISIP Unud dalam pernyataan sikapnya.

Kompas.com telah mendapatkan izin untuk mengutip pernyataan sikap itu dari Ketua BEM FISIP Unud Eka Baskara.

BEM FISIP juga merespons terkait pemberitaan yang beredar bahwa penyebab kematian korban adalah karena bullying.

Sebelumnya, sempat beredar percakapan nirempati sejumlah mahasiswa Unud atas kematian korban. Tangkapan layar percakapan itu pun menyebar di media sosial.

"Perlu kami luruskan kembali terkait berita yang beredar seputar penyebab kematian korban adalah bullying merupakan pemberitaan yang tidak benar. Dalam situasi penuh duka ini, kami memohon kepada seluruh pihak untuk menghargai privasi keluarga dengan tidak menyebarkan informasi yang belum terverifikasi kebenarannya demi menghormati proses yang sedang dijalani oleh keluarga almarhum," demikian isi pernyataan sikap BEM FISIP Unud.

Disampaikan pula bahwa semasa hidupnya, korban dikenal sebagai pribadi yang sangat baik, hangat, dan memiliki dedikasi tinggi terhadap lingkungan sekitarnya.

Institusi pendidikan selayaknya tempat menimba ilmu dinilai seharusnya menjadi ruang aman bagi seluruh sivitas akademika. Dalam ruang akademik yang ideal, tidak ada kesempatan bagi kekerasan untuk tumbuh subur.

Pihak Universitas Udayana, hari ini, Jumat (17/10/2025), juga menyampaikan pernyataan resmi terkait kasus kematian TAS.

Sebelumnya, sempat beredar informasi bahwa korban menjatuhkan diri dari lantai 2 gedung pada Rabu (15/10/2025) diduga karena di-bully. 

Berdasarkan hasil rapat koordinasi FISIP dengan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), Himpunan Mahasiwa Program Studi, dan mahasiswa yang terlibat dalam percakapan di media sosial, dapat dipastikan bahwa isi percakapan itu terjadi setelah korban meninggal dunia, bukan sebelum peristiwa yang menimpa korban. 

Dengan demikian, disebutkan bahwa ucapan nirempati yang beredar di media sosial tidak berkaitan atau menjadi penyebab korban menjatuhkan diri dari lantai atas gedung FISIP.

"Kami sangat berduka atas kepergian salah satu mahasiswa terbaik kami. Universitas Udayana turut merasakan kesedihan yang mendalam bersama seluruh keluarga dan sivitas akademika," jelas Rektor Universitas Udayana, Prof Ir I Ketut Sudarsana dalam keterangan tertulis.

Dia menegaskan bahwa kampus harus menjadi ruang aman, berempati dan bebas dari segala bentuk kekerasan.

Universitas akan menindak tegas setiap pelanggaran yang mencederai nilai-nilai kemanusiaan dan kehormatan akademik.

Disebutkan pula bahwa FISIP telah melaksanakan rapat pembahasan bersama seluruh pihak terkait dan hasil rapat tersebut akan diteruskan kepada Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (Satgas PPK) Universitas Udayana untuk dilakukan penyelidikan dan penanganan lebih lanjut sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Pihak Universitas Udayana juga mengajak seluruh sivitas akademika untuk menjadikan peristiwa ini sebagai refleksi dan pembelajaran bersama tentang pentingnya empati, rasa hormat, dan kepedulian antar sesama mahasiswanya. 

Selain itu, pihak Universitas Udayana juga berjanji akan memberikan pendampingan psikologis bagi mahasiswa dan civitas akademika yang terdampak.

Kontak bantuan

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu. Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup.

Anda tidak sendiri.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada. Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini: https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling

https://denpasar.kompas.com/read/2025/10/17/230612678/bem-fisip-unud-bali-kecam-segala-bentuk-perundungan-atas-meninggalnya

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com