Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Tradisi Megibung Saat Ramadhan di Kampung Islam Kepaon Denpasar

Kompas.com - 01/04/2024, 18:40 WIB
Yohanes Valdi Seriang Ginta,
Andi Hartik

Tim Redaksi

DENPASAR, KOMPAS.com - Sesaat setelah buka puasa bersama, beberapa kelompok anak-anak, remaja hingga orangtua duduk bersila dalam bentuk lingkaran di teras Masjid Al-Muhajirin Kepaon, Jalan Raya Pemongan, Kelurahan Kepaon, Denpasar, Bali.

Di tengah lingkaran yang tak mengenal usia ini terdapat gundukan nasi, berbagai jenis olahan ayam dan telur, sayur urap, dan sambel terasi yang disajikan di atas nampan.

Anak-anak tampak makan sesuap demi sesuap dengan tertib, meski makanan di hadapannya cukup menggugah selera usai berpuasa. Sedangkan, para orang dewasa makan sembari diselingi obrolan-obrolan ringan.

Baca juga: Melihat Kirab Malam Selikuran, Tradisi Keraton Solo Sambut Lailatul Qadar

Itulah budaya makan bersama di Kampung Muslim Kepaon yang disebut Megibung. Tradisi yang diwariskan secara turun-temurun sejak ratusan tahun lalu ini digelar tiga kali setiap 10 hari selama bulan Ramadhan.

"Kenapa setiap 10 hari sekali, karena Al Quran itu terdiri dari 30 juz. Dibaca setiap malam 3 juz, akhirnya setiap 10 hari sekali kita mengadakan khatam," kata Haji Padani, tokoh budaya setempat, Senin (1/4/2024).

Baca juga: Melihat Tradisi Berbagi Kue Serabi di Madura pada Malam 21 Ramadhan

Ia menjelaskan, tradisi megibung ini merupakan bentuk rasa syukur karena sudah khatam atau membaca Al Quran hingga 30 juz selama bulan Ramadhan.

Sedangkan, tradisi megibung saat bulan Ramadhan merupakan warisan akulturasi budaya Islam dan Bali sejak Kampung Kepaon terbentuk ratusan tahun silam.

Dalam pelaksanaannya, menu megibung disiapkan oleh warga secara sukarela yang dibagi menjadi tiga pemaksan atau kelompok.

Megibung pada 10 hari pertama disediakan pemaksan kelod atau selatan. Kemudian, pada hari ke-20 oleh pemaksan tengah dan terakhir oleh pemaksan kaja atau utara.

Kampung Islam Kepaon memang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan kampung-kampung muslim lainnya di Bali.

Meski kawasan ini ditinggali oleh suku Melayu, Madura dan Bugis, mereka tetap menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa kesehariannya.

Ia mengatakan, secara historis terbentuknya Kampung Islam Kepaon sangat erat kaitannya dengan Kerajaan Badung atau yang kerap disebut Puri Pemecutan.

Hingga kini, masyarakat Kepaon masih menjalin hubungan baik dengan Puri Pemecutan seperti hadirnya warga Kampung Kepaon di undangan upacara-upacara dari Puri Pamecutan.

Selain itu, bentuk harmonisasi masyarakat Islam Kepaon dan saudaranya yang beragama Hindu Bali dipraktikkan dalam tradisi Ngejot (memberi makanan) kepada satu sama lain.

"Islam masuk ke Kepaon ini pada abad 17 sudah masuk sini. Jadi megibung ini tradisi Bali, kami orang Kepaon sudah orang Bali. Jadi apa pun tradisi di Bali masuk di sini," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sandiaga Uno Minta WNA yang Promosikan Situs Porno di Bali Disanksi Tegas

Sandiaga Uno Minta WNA yang Promosikan Situs Porno di Bali Disanksi Tegas

Denpasar
Tolak Tawaran Menteri dari Prabowo, Luhut: Saya Siap Bantu Jadi Penasihat

Tolak Tawaran Menteri dari Prabowo, Luhut: Saya Siap Bantu Jadi Penasihat

Denpasar
Ketahuan 'Overstay' Saat Urus Izin Tinggal di Imigrasi Singaraja, WN Rusia Dideportasi

Ketahuan "Overstay" Saat Urus Izin Tinggal di Imigrasi Singaraja, WN Rusia Dideportasi

Denpasar
Perempuan Penyandang Disabilitas di Buleleng Diperkosa Tetangganya hingga Hamil

Perempuan Penyandang Disabilitas di Buleleng Diperkosa Tetangganya hingga Hamil

Denpasar
Balita 18 Bulan di Jembrana Tewas Tenggelam di Saluran Irigasi, Keluar Rumah Tanpa Sepengetahuan Orangtua

Balita 18 Bulan di Jembrana Tewas Tenggelam di Saluran Irigasi, Keluar Rumah Tanpa Sepengetahuan Orangtua

Denpasar
Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Denpasar
Ikuti Google Maps, Wisatawan Inggris Tewas Usai Motornya Terperosok ke Jurang di Buleleng

Ikuti Google Maps, Wisatawan Inggris Tewas Usai Motornya Terperosok ke Jurang di Buleleng

Denpasar
Luhut Persilakan Aktivis Demo Saat WWF Ke-10 2024 di Bali

Luhut Persilakan Aktivis Demo Saat WWF Ke-10 2024 di Bali

Denpasar
Mengenal Ritual Segara Kerthi, Kearifan Lokal Pemuliaan Air di Bali

Mengenal Ritual Segara Kerthi, Kearifan Lokal Pemuliaan Air di Bali

Denpasar
Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Jumat 17 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah

Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Jumat 17 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah

Denpasar
8 Kepala Negara dan 105 Menteri Dipastikan Hadiri WWF ke-10 di Bali

8 Kepala Negara dan 105 Menteri Dipastikan Hadiri WWF ke-10 di Bali

Denpasar
Heboh soal 'New Moscow' di Peta Canggu Bali, Sandiaga: Di Jakarta Ada K-Town

Heboh soal "New Moscow" di Peta Canggu Bali, Sandiaga: Di Jakarta Ada K-Town

Denpasar
Menparekraf Sandiaga Uno Tak Setuju 'Study Tour' Ditiadakan

Menparekraf Sandiaga Uno Tak Setuju "Study Tour" Ditiadakan

Denpasar
Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah

Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah

Denpasar
Suku Lamalera, Pemburu Paus yang Ulung dari Lembata

Suku Lamalera, Pemburu Paus yang Ulung dari Lembata

Denpasar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com