Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

444 Orang di Buleleng Positif TBC, Dinkes: Angka yang Ditemukan Tinggi Bukan Berarti Jelek

Kompas.com - 07/07/2023, 10:45 WIB
Hasan,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

BULELENG, KOMPAS.com- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Buleleng, Bali mencatat sebanyak 444 orang di Buleleng, Bali positif terjangkit penyakit Tuberkulosis (TBC).

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Buleleng, I Gede Artamawan mengatakan, jumlah kasus TBC ini diketahui setelah pihaknya melakukan tracing.

Baca juga: Mengenal TBC pada Anak, Gejala, dan Bagaimana Cara Pencegahannya?

"Berdasarkan data, di tahun lalu target tercapai kasus tracing mencapai 66 persen atau 856. Kemudian, hingga Juni 2023, tracing jumlah pasien yang terjangkit penyakit TBC sudah mencapai 53 persen atau 444 orang," ujarnya, Jumat (7/7/2023) di Buleleng.

Ia menambahkan, tahun ini pemerintah memasang target sekitar 70 hingga 80 persen kasus yang di-tracing atau meningkat 10 persen dari tahun sebelumnya.

Cara temukan penderita

Dinkes Buleleng melakukan empat cara untuk menemukan penderita TBC.

 

Pertama dilakukan secara pasif yang artinya seluruh fasilitas kesehatan melakukan tes dahak kepada pasien yang dicurigai terjangkit TBC.

Kedua jika ditemukan kasus positif TBC maka petugas akan melakukan investigasi dan mencari minimal 20 orang yang kontak erat dengan pasien positif TBC tersebut.

Baca juga: Cerita Pemuda di Sumbawa, Merokok sejak SD karena Meniru Ayah, Sempat Terkena TBC

"Selanjutnya 20 orang yang kontak erat tersebut dites untuk memastikan apakah mereka tertular TBC atau tidak," sebutnya.

"Walau tes negatif, namun kontak erat dengan orang terdekat yang positif TBC tetap mendapat terapi obat yaitu Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) dengan mengkombinasikan beberapa jenis obat yang fokus terhadap pencegahan tertular dari bakteri," jelasnya.

Tracing penderita TBC ini juga didukung dengan alat Tes Cepat Molekuler (TCM) sejumlah lima unit.

Yakni di RSUD Buleleng dua unit, RS Pratama Tangguwisia satu unit, RS Pratama Giri Emas satu unit, dan Puskesmas Gerokgak satu unit.

Alat TCM ini berfungsi mengidentifikasi dahak apakah positif atau negatif terinfeksi bakteri TBC.

Baca juga: Gubernur Koster Geram Bali Disebut Mundur dari World Beach Games 2023

Kendala

Ia menyebutkan, penyakit TBC seperti fenomena gunung es. Banyak penderita yang belum ditemukan. Kebanyakan dari masyarakat baru memeriksa kesehatannya ketika sudah parah.

Sehingga hal itu bisa berdampak ke penularan.

"Angka yang ditemukan tinggi bukan berarti jelek. Namun itu berhasil kita temukan. Ketika nanti ada penemuan, selanjutnya dilakukan pengobatan kepada pasien. Semakin banyak yang kami temukan, maka semakin banyak orang yang bisa diobati," jelas dia.

Pihaknya berharap kesadaran masyarakat akan bahaya TBC tidak disepelekan.

Karena masa inkubasi penyakit ini kurang lebih mencapai 5 tahun yang menyebabkan gejala tidak timbul langsung dan diketahui.

Untuk itu kepada pasien yang sudah terjangkit, keteraturan minum obat harus dilaksanakan berkelanjutan dan tetap menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ketahuan 'Overstay' Saat Urus Izin Tinggal di Imigrasi Singaraja, WN Rusia Dideportasi

Ketahuan "Overstay" Saat Urus Izin Tinggal di Imigrasi Singaraja, WN Rusia Dideportasi

Denpasar
Perempuan Penyandang Disabilitas di Buleleng Diperkosa Tetangganya hingga Hamil

Perempuan Penyandang Disabilitas di Buleleng Diperkosa Tetangganya hingga Hamil

Denpasar
Balita 18 Bulan di Jembrana Tewas Tenggelam di Saluran Irigasi, Keluar Rumah Tanpa Sepengetahuan Orangtua

Balita 18 Bulan di Jembrana Tewas Tenggelam di Saluran Irigasi, Keluar Rumah Tanpa Sepengetahuan Orangtua

Denpasar
Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Denpasar
Ikuti Google Maps, Wisatawan Inggris Tewas Usai Motornya Terperosok ke Jurang di Buleleng

Ikuti Google Maps, Wisatawan Inggris Tewas Usai Motornya Terperosok ke Jurang di Buleleng

Denpasar
Luhut Persilakan Aktivis Demo Saat WWF Ke-10 2024 di Bali

Luhut Persilakan Aktivis Demo Saat WWF Ke-10 2024 di Bali

Denpasar
Mengenal Ritual Segara Kerthi, Kearifan Lokal Pemuliaan Air di Bali

Mengenal Ritual Segara Kerthi, Kearifan Lokal Pemuliaan Air di Bali

Denpasar
Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Jumat 17 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah

Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Jumat 17 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah

Denpasar
8 Kepala Negara dan 105 Menteri Dipastikan Hadiri WWF ke-10 di Bali

8 Kepala Negara dan 105 Menteri Dipastikan Hadiri WWF ke-10 di Bali

Denpasar
Heboh soal 'New Moscow' di Peta Canggu Bali, Sandiaga: Di Jakarta Ada K-Town

Heboh soal "New Moscow" di Peta Canggu Bali, Sandiaga: Di Jakarta Ada K-Town

Denpasar
Menparekraf Sandiaga Uno Tak Setuju 'Study Tour' Ditiadakan

Menparekraf Sandiaga Uno Tak Setuju "Study Tour" Ditiadakan

Denpasar
Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah

Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah

Denpasar
Suku Lamalera, Pemburu Paus yang Ulung dari Lembata

Suku Lamalera, Pemburu Paus yang Ulung dari Lembata

Denpasar
Negara Maritim tapi Belum Ada Kapal Riset Laut Canggih, Luhut: Memalukan

Negara Maritim tapi Belum Ada Kapal Riset Laut Canggih, Luhut: Memalukan

Denpasar
Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Luhut: Jangan Ada Menteri 'Track Record' Tidak Bagus

Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Luhut: Jangan Ada Menteri "Track Record" Tidak Bagus

Denpasar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com