DENPASAR, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bali memprediksi kekeringan ekstrem masih bertahan di sejumlah wilayah di Bali hingga pertengahan November 2023.
Menanggapi hal ini, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali Made Rentin mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dengan bijak saat beraktivitas menggunakan api serta hemat mengunakan air bersih.
"Waspadai kebakaran hutan dan lahan dengan tidak melakukan aktivitas pembakaran tanpa pengawasan dan hemat penggunaan air bersih," kata Rentin melalui keterangan tertulis pada Senin (9/10/2023).
Baca juga: Kasus Korupsi Dana SPI Rp 335 Miliar, Rektor Unud Bali dan 3 Tersangka Lainnya Ditahan
Rentin mengatakan, kejadian kebakaran hutan dan lahan menjadi perhatian serius lantaran mengalami peningkatan selama September 2023.
Tercatat, ada 27 kejadian kebakaran hutan dan lahan dengan kejadian yang paling banyak terdapat di Kabupaten Karangasem sebanyak 13 kasus, Buleleng 5 kasus dan Bangli 5 kasus.
Baca juga: Bencana Kekeringan Berlanjut, Krisis Air Bersih di Cianjur Meluas
Sementara, kejadian kebakaran gedung atau permukiman juga memiliki angka serupa yakni 27 kasus.
"Perhatian lebih serius pada bencana kebakaran hutan dan lahan meningkat dari bulan sebelumnya dan menjadi bencana paling dominan terjadi bersama kebakaran gedung atau permukiman di sepanjang bulan September yaitu masing-masing dengan persentase 39,7 persen," kata dia.
Rentin menambahkan, selama bulan September, pihaknya bersama BPBD kabupaten dan kota se-Bali dan Palang Merah Indonesia (PMI) Bali telah mendistribusikan air bersih sedikitnya 300.000 liter ke wilayah-wilayah yang terdampak kekeringan, yakni Buleleng, Jembrana, Bangli dan Karangasem.
Kepala Stasiun Klimatologi Bali Aminudin Al-Roniri mengatakan, hujan diprediksi akan mengguyur 60 persen wilayah Bali pada pertengahan November 2023 dan 40 persen pada Desember 2023.
Adapun wilayah yang mengalami kekeringan ekstrem yakni Kecamatan Kubu (Kabupaten Karangasem), Kecamatan Kubutambahan dan Gerogak (Kabupaten Buleleng).
BMKG memperkirakan musim penghujan di wilayah tersebut baru terjadi pada Desember 2023.
"Jadi kalau sekarang Oktober masih dua bulan lagi kekeringan ekstrem, masih panjang. Jadi di Kubutambahan lebih intensif lagi untuk diambil kebijakan tentang bagaimana kemarau sehubungan dengan El Nino. Mudah-mudahan tidak terjadi sampai ke dampak sosial," kata Amin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.