Tarikan kain ketika mengikat udeng juga merupakan cerminan dari Konsep Trimurti sebagai sebuah kesatuan dalam ajaran Hindu.
Tarikan ujung kain di sebelah kanan udeng adalah representasi dari Dewa Wisnu, di sebelah kiri adalah representasi dari Dewa Brahma, dan tarikan ke arah bawah adalah representasi dari Dewa Siwa.
Selain aturan mengenai warna, setiap orang juga harus memperhatikan jenis udeng yang dapat mereka kenakan.
Udeng jejateran yang biasa dipakai kaum laki-laki di Bali untuk melakukan aktivitas ibadah.
Udeng jejateran yang berwarna putih polos ini memiliki simpul hidup yang ada di depan, ditempatkan di sela mata yang merupakan lambang dari mata ketiga atau cundamani.
Warna udeng jejateran umumnya putih polos atau putih dengan corak kuning di tepinya.
Udeng dara kepak biasa dipakai kaum laki-laki di Bali yang menjabat sebagai pemimpin adat.
Ciri khas udeng dara kepak adalah memiliki penutup pada kepala sebagai simbol kemampuan pemimpin dalam melindungi rakyat.
Udeng beblatukan secara khusus dipakai oleh pemangku dan tidak disertai bebidakan.
Udeng beblatukan memiliki ciri khas adanya simpul belakang yang diikat ke arah bawah.
Simpul ini juga memiliki pesan agar pemakainya mendahulukan kepentingan umum.
Sumber:
https://indonesia.go.id/kategori/komoditas/2212/udeng-bali-simbolisasi-ngiket-manah?lang=1