BALI, KOMPAS.com- Putu Satria Ananta Rustika (19) tewas usai dianiaya oleh seniornya di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) pada Jumat (3/5/2024).
Sang paman Nyoman Budiarta mengungkap adanya dugaan motif kecemburuan atau iri hati senior di balik kematian keponakannya.
Baca juga: Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas
Dia meyakini motif pemukulan itu tidak sekadar persoalan kegiatan olahraga.
"Informasi dari pembinanya, keponakan saya ini lolos mayoret dan akan dikirim ke China," ungkapnya di RSUD Klungkung, Minggu (5/5/2024), seperti dikutip dari Tribun Bali.
Nyoman Budiarta berharap pelaku mendapat ganjaran setimpal.
"Saya harap pelaku bisa dihukum seberat-beratnya," katanya.
Baca juga: Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi
Ayah Putu Satria Ketut Suastika mengungkapkan, anaknya masuk ke STIP pada September 2023 karena memang menginginkan sekolah kedinasan sejak lama.
"Dia bilang ingin sekolah kedinasan, kami sebagai orangtua hanya mendukung, apalagi dia memiliki tekad kuat," kata dia.
Ketut Suastika tak menyangka putranya akan pulang dalam kondisi tak bernyawa. Apalagi sang anak tak pernah mengeluhkan ada persoalan di STIP.
"Saya sering tanya bagaimana keadaan di kampus, dia selalu bilang aman," ungkapnya.
Di mata sang ayah, Putu Satria adalah anak yang penyayang dan cerdas.
"Orangnya tidak neko-neko," kata sang ayah.
Jenazah Putu Satria tiba di Klungkung Bali pada Minggu (5/5/2024).
Adapun dalam kasus ini polisi telah menetapkan satu senior korban Tegar Rafi Sanjaya sebagai tersangka. Tegar memukul korban di bagian ulu hati karena korban dan teman-temannya mengenakan seragam olahraga namun diduga tidak mengikuti kegiatan olahraga.
Tegar kemudian panik dan menarik lidah korban dengan maksud membantu korban. Namun tindakannya justru menutup pernapasan korban. Putu Satria pun meninggal dunia.
Artikel ini telah tayang di Tribun-Bali.com dengan judul Sang Paman Ungkap Dugaan Motif Penganiayaan Putu Satria, Ingih Pelaku Dihukum Berat