KOMPAS.com - Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya angkat suara terkait adanya larangan acara People's Water Forum (PWF) oleh salah satu organisasi kemasyarakatan.
Diketahui, acara tersebut diinisiasi aktivis lingkungan dan demokrasi untuk untuk merespons dan mengkritik perhelatan World Water Forum ke-10 di Badung, Bali, dari tanggal 18-25 Mei 2024.
Mahendra menegaskan pihaknya tidak pernah mengeluarkan arahan lisan atau tertulis untuk melarang kegiatan itu sebagaimana diklaim Ormas tersebut.
Bahkan, pensiunan perwira tertinggi Polri ini mengaku tidak pernah mengetahui eksistensi dan kepengurusan ormas tersebut di wilayah pemerintahannya.
Baca juga: Sempat Disarankan Cekal People Water Forum, Menteri PUPR: Saya Bilang No
"Saya bahkan tidak tahu ada Ormas PGN, apalagi ketemu dengan ketua ataupun pengurus PGN," kata Mahendra dalam keterangan tertulis, Rabu (22/5/2024).
Menurutnya, PWF atau Forum Air untuk Rakyat yang tidak seharusnya dipermasalahkan apalagi ada upaya untuk dibubarkan.
Dia berpendapat forum ini merupakan hak warga negara untuk berekspresi.
"Kami tidak melarang kegiatan untuk berekspresi menyampaikan pendapat, apalagi dilakukan dalam forum akademik, karena agenda PWF tersebut sebenarnya sejalan dengan agenda WWF, yaitu sama-sama bertujuan menjaga ketersedian air untuk kelangsungan kehidupan,” kata dia.
Oleh karena itu, lanjut Mahendra, kritik yang dilontarkan PWF pada penyelenggaraan forum air terbesar dunia WWF ke-10 2024 harus disikapi dengan positif.
Sebab, sejatinya WWF dan PWF memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menjaga ketersediaan air guna kelangsungan kehidupan.
"Yang utama, kita semua harus sepakat bersama-sama menjaga situasi di Bali agar tetap aman, shanti dan nyaman bagi siapa pun," katanya.
Baca juga: AJI dan IJTI Sesalkan Larangan Peliputan Acara Peoples Water Forum di Bali
Untuk diketahui, sehari sebelumnya atau pada Senin (20/5/2024), kegiatan diskusi People's Water Forum tersebut dibubarkan oleh salah satu organisasi masyarakat (ormas).
Acara itu merupakan kegiatan untuk merespons dan mengkritik perhelatan World Water Forum ke-10 di Badung, Bali.
Kemudian, pada Selasa (21/5/2024), sekelompok warga melarang sejumlah akademisi yang hendak menjadi pembicara dalam acara tersebut.
Tak hanya itu, sekelompok warga ini juga melarang sejumlah jurnalis baik dari media cetak, online dan elektronik meliput acara tersebut.