DENPASAR, KOMPAS.com - Direktur Utama Indonesia Healthcare Corporation (IHC) drg. Mira Dyah Wahyuni menyebutkan, Bali International Hospital (BIH) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur, Kota Denpasar, Bali, bakal mengunakan obat-obatan yang hanya memiliki izin edar di luar negari.
Hal tersebut disampaikan Mira usai menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) antara PT Pertamina Bina Medika-Indonesia Healthcare Corporation (IHC), dengan SingHealth, grup layanan kesehatan masyarakat terbesar di Singapura, di Hotel Meru, Sanur, Bali, pada Selasa (30/4/2024).
"Ada obat-obatan yang mungkin saja belum ada izin edar di Indonesia tapi sudah digunakan di Singapura, di luar negeri, itu bisa digunakan di sini," kata dia di lokasi, Selasa.
Baca juga: WN Belanda Tewas Saat Berenang di Perairan Sanur Bali, Diduga Alami Serangan Jantung
Diketahui, penggunaan obat-obatan tersebut tercantum dalam Pasal 22 hingga Pasal 24 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Rumah Sakit di Kawasan Ekonomi Khusus.
Selain obat-obatan, lanjut Mira, rumah sakit ini juga akan didukung oleh para dokter asing dan dokter diaspora yang memiliki keahlian khusus.
Baca juga: Penyebab Imigrasi Deportasi 2 Produser Pick Me Trip in Bali Asal Korea Selatan
Saat ini, proses rekrutmen untuk para dokter spesialis masih dibuka dan tercatat ada 97 dokter yang sudah lolos. Di antaranya, 15 dokter diaspora dan 4 dokter asing untuk praktik di rumah sakit ini.
Rencananya, Bali International Hospital (BIH) di KEK Sanur ini akan resmi dibuka pada September 2024 mendatang.
"Kita mengacu pada Permenkes yang sudah ada tentang KEK bidang khusus, nomor satu adanya kemudahan dari diaspora, foreigner atau TKA dokter untuk berpraktik di sini tentu melalui screening," kata dia.
Mira mengatakan, pembangunan rumah sakit internasional merupakan salah satu upaya pemerintah agar masyarakat Indonesia memiliki pilihan untuk tidak berobat ke luar negeri.
Sebab, rumah sakit ini akan memiliki enam pusat unggulan kelas dunia, terutama di sektor cardiology, oncology, neurology, dan manajemen penyakit kritis.
Selain itu, gastro-hepato (Gastroenterology), orthopaedic serta pemeriksaan kesehatan menyeluruh.
"Layanan ini untuk bisa diakses orang Indonesia, kita tidak bisa memaksa semua orang harus datang ke sini itu ada pilihan, tentu orang menengah bisa ke sini tanpa harus memaksakan ke luar negeri tentu dengan biaya yang lebih mahal," kata dia.
Dilansir dari Kompas.com, Presiden Joko Widodo mengatakan, negara kehilangan devisa sebesar 11,5 miliar dolar AS atau Rp 180 triliun karena banyak warga negara yang memilih berobat ke luar negeri.
Menurut Jokowi, jumlah warga negara yang berobat ke luar negeri mencapai 1 juta lebih.
Negara yang dipilih sebagai tujuan berobat ialah Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Singapura, negara-negara Eropa, hingga Amerika Serikat.
"Ini bolak-balik saya sampaikan 1 juta lebih WN kita, Indonesia, berobat ke luar negeri. Malaysia, Singapura, Jepang, Korea, Eropa, Amerika. Dan kita kehilangan 11,5 miliar dolar AS, kalau dirupiahkan Rp 180 triliun," kata Jokowi dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional Tahun 2024 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Rabu (24/4/2024).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.