DENPASAR, KOMPAS.com - Seorang warga negara asing (WNA) asal Malaysia berinisial HKS (49), dideportasi oleh Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Denpasar.
Ia dideportasi setelah menjalani hukuman 10 tahun penjara di Lapas Kelas II A Kerobokan, Badung, atas kasus penyelundupan sabu dari Bangkok ke Bali.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kakanwil Kemenkumham) Bali, Anggiat Napitupulu, WNA ini bebas dari Lapas Kelas II A Kerobokan, Badung, berdasarkan Surat Lepas Nomor W20.PAS.EDP.PK.01.02- 129, pada 6 Juli 2022.
Sebelumnya, WNA ini tangkap petugas Bea Cukai di terminal kedatangan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai pada 19 Maret 2012.
Baca juga: Lolos Pemeriksaan 3 Bandara, WNA Malaysia Ditangkap di Bali, Bawa Kapsul Sabu
Saat itu, dia baru mendarat dari Bangkok menggunakan Bebas Visa Kunjungan (BVK) dengan maskapai Air Asia FD 3677.
Selanjutnya, pada 12 Agustus 2012 lalu, Majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Denpasar menghukum pria kelahiran Selangor, Malaysia ini, dengan pidana penjara selama 13 tahun dan denda Rp 10 miliar subsider tiga bulan penjara.
Dia dinyatakan melanggar Pasal 113 ayat (2) UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika karena terbukti menyelundupkan sabu sebanyak 169 gram.
Anggiat mengatakan, terhitung HKS hanya menjalani hukuman 10 tahun penjara setelah mendapat berbagai remisi dari pidana pokonya.
Setelah bebas, lanjut Anggiat, WNA tersebut dititipkan di Rudenim Denpasar sembari menunggu proses deportasi.
"HKS dideportasi karena telah melanggar Pasal 75 Ayat 1 UU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian Jo Pasal 113 Ayat (2) UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika," kata Anggiat dalam keterangan tertulis pada Minggu (7/8/2022).
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.