Gede Arya menambahkan, saat ini terdapat puluhan varian Tari Legong. Pengembangan tarian ini tak lepas dari nilai estetika yang tinggi pada Tari Legong sehungga bisa dikembangkan dari berbagai cerita.
"Bahkan anak-anak muda di Bali sekarang masih terus mengembangkan tarian ini. Namun yang pasti, pakem tariannya tetap terutama pada kostumnya," kata dia.
Adapun ciri khas Tari Legong, penarinya memakai kostum yang didominasi warna kuning keemasan dan dihiasi dengan gelungan (hiasan) yang meriah.
Tari ini biasa ditampilkan berkelompok, duo, atau trio.
"Dulunya hanya ditarikan oleh perempuan saja tapi belakangan juga ada yang ditarikan oleh laki-laki," ungkapnya.
Tari Legong sendiri berasal dari kata 'leg' dan 'gong'. Leg berarti kata luwes atau elastis dan gong berarti gamelan.
Baca juga: BI Luncurkan Uang Baru 2022, Ini Cara Mendapatkannya
"Kalau menari Legong gerakannya harus benar-benar melekuk," ujar Gede Arya.
Pihaknya pun merespon positif dengan ditampilkannya Tari Legong pada desain uang pecahan Rp 50.000 yang baru. Hal itu menjadi penghargaan dan apresiasi atas kesenian Bali.
"Saya kira bagus semacam penghargaan untuk dijadikan gambar di uang kertas yang baru. Ini kan tidak sembarang telah melewati proses yang panjam sebelum ditetapkan," kata dia.
"Tari Legong sudah diapresiasi memiliki nilai estetik yang tinggi makanya dihormati kemudian digunakan sebagai gambar di uang kertas. Kami berbangga selaku masyarakat Bali," jelasnya.
Hal ini sekaligus mengenalkan Tari Legong agar lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia.
"Tentu tarian ini jadi lebih dipahami oleh masyarakat Indonesia, diakui milik masyarakat Bali termasuk Indonesia," tutup dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.