Bunga berwarna merah disusun untuk menghadap arah Selatan, sebagai simbol memohon diutusnya Widyadari Saraswati oleh Prabhawa Nya dalam kekuatan Sang Hyang Brahma agar memercikkan Tirtha Kamandalu untuk menganugerahi kekuatan Kepradnyanan dan Kewibawaan.
Bunga berwarna kuning disusun untuk menghadap arah Barat sebagai simbol memohon diutusnya Widyadari Ken Sulasih oleh Prabhawa Nya dalam kekuatan Sang Hyang Mahadewa agar memercikkan Tirtha Kundalini untuk menganugerahi kekuatan intuisi.
Bunga berwarna hitam (dapat diganti dengan warna biru, hijau atau ungu) disusun menghadap arah Utara sebagai simbol memohon diutusnya Widyadari Nilotama oleh Prabhawa Nya dalam kekuatan Sang Hyang Wisnu agar memercikkan Tirtha Pawitra untuk menganugerahi kekuatan peleburan segala bentuk kekotoran jiwa dan raga.
Bunga Rampe (irisan pandan arum) disusun di tengah-tengah, adalah sebagai simbol memohon diutusnya Widyadari Supraba oleh Prabhawa Nya dalam kekuatan Sang Hyang Siwa agar memercikkan Tirtha Maha mertha untuk menganugerahi kekuatan pembebasan (Moksa).
Bunga canang, kembang rampe, dan porosan adalah simbol dari Tarung ayam Tedung dari Ong Kara (isi dari Tri Bhuwana (Tri Loka) = Bhur-Bwah-Swah).
Dalam sebuah ritual persembahyangan penganut Hindu Bali, Canang Sari adalah kuantitas terkecil namun inti (kanista=inti).
Hal ini karena dalam setiap banten atau yadnya selalu berisi Canang Sari.
Canang Sari juga kerap dipakai untuk persembahyangan sehari-hari di Bali.
Sementara dilansir dari laman bali.kemenag.go.id, Canang Sari dipergunakan untuk melengkapi persembahan lainnya, dipergunakan pada hari-hari tertentu, atau persembahyangan di tempat suci.
Sumber:
smkn1singaraja
bali.kemenag.go.id
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.