Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Omed-omedan, Tradisi Usai Nyepi di Bali yang Digelar Sejak Abad 17

Kompas.com - 12/03/2024, 19:30 WIB
Yohanes Valdi Seriang Ginta,
Farid Assifa

Tim Redaksi

DENPASAR, KOMPAS.com - Masyarakat adat Banjar Kaja, Desa Sesetan, Kota Denpasar, Provinsi Bali, memiliki sebuah tradisi usai melaksanakan ibadah Nyepi, yakni Omed-omedan. 

Tradisi yang cenderung diikuti oleh pemuda dan pemudi ini kembali digelar pada Rabu (11/3/2024), atau hari pertama setelah perayaan Hari Raya Nyepi Caka 1946 yang jatuh pada Selasa (11/3/2024). 

Baca juga: 3 WNA di Bali Diamankan Saat Hari Raya Nyepi, Salah Satunya Depresi

Dari pantauan Kompas.com, acara ini berlangsung meriah dan diikuti oleh ratusan anak muda setempat. Mereka berpakaian adat Bali dan terbagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok laki-laki (taruna) dan perempuan (taruni). 

Saat pelaksanaan ritual, setiap kelompok memilih satu orang secara bergantian untuk diangkat dan diarak  posisi paling depan barisan. 

Selanjutnya, kedua kelompok saling berhadap-hadapan. Pemuda dan pemudi dibarisan depan saling berpelukan. 

Saat saling beradu, para peserta disirami air hingga basah kuyup oleh panita. Masing-masing kelompok lalu berupaya rekannya hingga terlepas dari pelukan. 

Tradisi unik ini mengundang daya  tarik wisatawan mancanegara dan domestik serta warga setempat. Mereka memadati jalan raya untuk menonton kemeriahan dan semangat para anak muda ini. 

I Made Sudama, selaku Kelien Adat Banjar Kaja, Sesetan, menyebut dalam bahasa Indonesia, omed-omedan berarti tarik menarik. Tradisi ini merupakan warisan leluhur yang tetap dilestarikan hingga hari ini. 

"Ini sudah ada sejak abad ke 17 kemudian yang kita laksanakan sampai sekarang," kata dia di lokasi usai acara bertajuk Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival (SHOOF) 2024, Rabu. 

Ia menjelaskan ritual dalam tradisi bukan ajang untuk saling bercium dan mencari jodoh. Acara yang rutin digelar setiap tahun ini sebagai bentuk kebersamaan dan kekeluargaan warga usai ibadah Nyepi. 

"Filosofinya adalah untuk merayakan hari raya Nyepi, silaturahmi antar krama banjar. Sekarang dilakukan anak muda setiap pergantian tahun caka kita bersilaturahmi. Bukan ajang mencari jodoh di sini, ini murni tradisi," kata dia. 

Oleh karena itu, lanjut Sudama, tak sedikit para anak muda ini yang mengikuti ritual ini mengalami kerauhan (kesurupan). Hal ini sebagai tanda bahwa tradisi ini merupakan sesuatu yang religius dan sakral.

"Ada momentum menyakini ini memang mengandung unsur religius karena apa? Kalau tradisi ini hilang, pada zaman Belanda sebenarnya bisa hilang karena dilarang tetapi bisa dilangsungkan warga," jelas Sudama.

"Zaman Jepang juga begitu pernah orang tua kita membayar upeti kepada Jepang karena bersikukuh melestarikan tradisi ini," lanjutnya.

Baca juga: Pelabuhan Ketapang Banyuwangi Dipadati Kendaraan Usai Dibuka Setelah Nyepi

Sementara itu, Melia (20) dan Sintya (20), peserta perempuan Omed-omedan mengaku sangat antusias mengikuti tradisi ini sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan leluhur. 

Keduanya mengaku sudah empat kali mengikuti ritual ini terhitung sejak tahun 2020. Mereka akan berhenti mengikuti ritual ini bila sudah bersuami. 

"Tadi (saat ritual) cuman berpelukan aja sih. Terus ditarik, didorong dan disirami air," kata Melia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ratusan Wisatawan Mancanegara Santap Olahan Ikan Gratis di Lovina Bali

Ratusan Wisatawan Mancanegara Santap Olahan Ikan Gratis di Lovina Bali

Denpasar
Puan Soroti Timpangnya Anggaran untuk Senjata dan Air, Ada Misalokasi Anggaran

Puan Soroti Timpangnya Anggaran untuk Senjata dan Air, Ada Misalokasi Anggaran

Denpasar
Disambut Jokowi di 'Gala Dinner' WWF Bali, Puan: Pertemuan yang Ditunggu

Disambut Jokowi di "Gala Dinner" WWF Bali, Puan: Pertemuan yang Ditunggu

Denpasar
Elon Musk di Pembukaan WWF Bali: Alien Mungkin Menamai Kita Air

Elon Musk di Pembukaan WWF Bali: Alien Mungkin Menamai Kita Air

Denpasar
Di Depan Delegasi WWF,  Jokowi Sebut Petani Kecil Rentan Alami Kekeringan di Tahun 2050

Di Depan Delegasi WWF, Jokowi Sebut Petani Kecil Rentan Alami Kekeringan di Tahun 2050

Denpasar
Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Kenalkan Prabowo kepada Delegasi

Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Kenalkan Prabowo kepada Delegasi

Denpasar
Hilang 2 Hari, Kakek di Buleleng Ditemukan Tewas di Dasar Sungai

Hilang 2 Hari, Kakek di Buleleng Ditemukan Tewas di Dasar Sungai

Denpasar
Jadi Pembicara di WWF Bali, Elon Musk: Jujur, Saya Tidak Tahu Banyak tentang Air

Jadi Pembicara di WWF Bali, Elon Musk: Jujur, Saya Tidak Tahu Banyak tentang Air

Denpasar
Setelah Starlink, Elon Musk Siap Berinvestasi di Indonesia

Setelah Starlink, Elon Musk Siap Berinvestasi di Indonesia

Denpasar
Starlink Batal Diresmikan Jokowi, Elon Musk Disambut Menkes Budi Gunadi

Starlink Batal Diresmikan Jokowi, Elon Musk Disambut Menkes Budi Gunadi

Denpasar
Menkes: Layanan Starlink Elon Musk Dapat Diakses 3.400 Puskesmas di Daerah Terpencil

Menkes: Layanan Starlink Elon Musk Dapat Diakses 3.400 Puskesmas di Daerah Terpencil

Denpasar
Diminta Tetap dalam Pemerintahan, Luhut Nyatakan Bersedia Jadi Penasehat Prabowo

Diminta Tetap dalam Pemerintahan, Luhut Nyatakan Bersedia Jadi Penasehat Prabowo

Denpasar
Budi Arie Tak Akan Istimewakan Starlink, Jaga 'Level of Playing Field'

Budi Arie Tak Akan Istimewakan Starlink, Jaga "Level of Playing Field"

Denpasar
Elon Musk Tiba di Bali, Disambut Senyuman Luhut

Elon Musk Tiba di Bali, Disambut Senyuman Luhut

Denpasar
Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Denpasar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com