Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Anjing Kintamani, Anjing Purba Asli dari Bali, Ada sejak Tahun 1.400-an

Kompas.com - Diperbarui 24/09/2022, 12:41 WIB
Rachmawati

Editor

Dalam teori ini disebutkan bahwa posisi Desa Sukawana yang dikelilingi Bukit Penulisan dan lembah Batur memberi tantangan dan penghalang bagi anjing kintamani.

Ini menyebabkan mereka terisolasi untuk berkembang dan kawin dengan anjing jenis lainnya dari luar Sukawana selama ribuan tahun.

Hal tersebut membuat jenis anjing kintamani lebih seragam bentuknya sejak ribuan tahun lampau hingga sekarang dan menjadi endemik Sukawana serta trah anjing pertama asli Indonesia.

Namun saat ini anjing kintamani sudah tersebar ke sejumlah daerah.

Baca juga: Trenggiling Terancam Punah, Pentingnya Edukasi dan Rehabilitasi

Pemurnian ras kintamani

Pemurnian ras anjing kintamani sudah dilakukan sejak 36 tahun lalu.

Kala itu di tahun 1985, Program Studi Kedokteran Hewan Unud, Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Bali dan Pantrab, komunitas anjing kintamani di Bali menggelar kontes pertama di Pulau Dewata.

Dikutip dari tulisan Perjalanan Anjing Bali hingga Terbentuknya Pantrab dan Perkin Komisi Anjing Bali karya Mas Djoko Rudiyanto, kontes yang digelar di kampus Unud mendapat dukungan penuh dari Komisi Anjing Kintamani Bali yang bernaung di bawah Perkumpulan Kinologi Indonesia (Perkin).

Baca juga: Hilang 170 Tahun, Burung Misterius Muncul di Hutan Kalimantan

Upaya berikutnya adalah memasukkan anjing itu sebagai trah dunia asal Indonesia dengan mengumpulkan ribuan sampel darahnya pada 2017.

Pihak IFC pun ikut terlibat dengan mengirim tim sendiri ke Kintamani.

Selama 2 tahun pihak IKK seperti diakui ketuanya, Benny Kwok Wie Sioe, meneliti sampel darah agar diketahui kemurnian rasnya dan apakah ada penyakit keturunan yang terkandung di dalam darah anjing kintamani.

Baca juga: Sepertiga Populasi Ikan Air Tawar Dunia Terancam Punah, Ini Sebabnya

Ilustrasi anjing sedang makan. PIXABAY/MATTY COULTON Ilustrasi anjing sedang makan.
Pasalnya, jika ada penyakit yang bisa diturunkan kepada anaknya maka otomatis tidak akan bisa lolos seleksi.

Proses mencari kemurnian darah juga dilakukan dengan mengambil sampel dari delapan keturunan pada delapan garis induk yang berbeda.

Satu ekor anjing bisa beranak pada usia di atas satu tahun dan perlu waktu 10 tahun bagi si anjing untuk mencapai keturunan kedelapan.

Baca juga: Barongsai Terancam Punah di Perbatasan RI-Malaysia, Warga: Hanya Diarak Pakai Mobil

Seperti dikutip dari Antara, sebuah surat pun dikirimkan oleh Direktur Eksekutif FCI, Yves De Clercq kepada IKK pada awal Februari 2019.

Isinya bahwa Komite Umum FCI menyetujui anjing kintamani sebagai salah satu trah anjing dunia.

Sertifikat FCI diserahkan langsung pihak IKK kepada Gubernur Bali I Wayan Koster di Denpasar, 13 April 2019.

Saat itu Koster pun berjanji akan berupaya melindungi populasi anjing kintamani agar tetap terjaga kelestariannya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Selasa 19 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Selasa 19 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Denpasar
Tahanan Polres Badung Bali Tewas Usai Coba Bunuh Diri di Sel

Tahanan Polres Badung Bali Tewas Usai Coba Bunuh Diri di Sel

Denpasar
WN Rusia yang Rusak Restoran Pakai Kapak karena Putus Cinta Dideportasi dari Bali

WN Rusia yang Rusak Restoran Pakai Kapak karena Putus Cinta Dideportasi dari Bali

Denpasar
Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Minggu 17 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Minggu 17 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Denpasar
Masjid Singaraja Bali Merawat Tradisi Bubur Kajanan untuk Buka Puasa Bersama

Masjid Singaraja Bali Merawat Tradisi Bubur Kajanan untuk Buka Puasa Bersama

Denpasar
Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Sabtu 16 Maret 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Sabtu 16 Maret 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Denpasar
Luhut Peringati Pihak yang Ingin Goyang Airlangga: Kita Lawan!

Luhut Peringati Pihak yang Ingin Goyang Airlangga: Kita Lawan!

Denpasar
Cerita di Balik 28 Jam Evakuasi Jenazah Pendaki di Gunung Agung Bali

Cerita di Balik 28 Jam Evakuasi Jenazah Pendaki di Gunung Agung Bali

Denpasar
Modus Gandakan Uang dengan Ritual di Alas Purwo, Pasutri Tipu Warga Jembrana Rp 59 Juta

Modus Gandakan Uang dengan Ritual di Alas Purwo, Pasutri Tipu Warga Jembrana Rp 59 Juta

Denpasar
Vonis Seumur Hidup untuk Napi yang Atur Pengiriman 58.799 Butir Ekstasi dari Penjara

Vonis Seumur Hidup untuk Napi yang Atur Pengiriman 58.799 Butir Ekstasi dari Penjara

Denpasar
Setelah 28 Jam, Jenazah Pendaki Berhasil Dievakuasi dari Puncak Gunung Agung Bali Saat Cuaca Buruk

Setelah 28 Jam, Jenazah Pendaki Berhasil Dievakuasi dari Puncak Gunung Agung Bali Saat Cuaca Buruk

Denpasar
Kronologi 2 WNA di Tabanan Bali Tewas Tertimbun Longsor Saat Tidur di Vila, Datang dengan Kondisi Kelelahan

Kronologi 2 WNA di Tabanan Bali Tewas Tertimbun Longsor Saat Tidur di Vila, Datang dengan Kondisi Kelelahan

Denpasar
Vila di Tabanan Bali Longsor, 2 Turis Asing Tewas Tertimbun dalam Posisi Tidur

Vila di Tabanan Bali Longsor, 2 Turis Asing Tewas Tertimbun dalam Posisi Tidur

Denpasar
Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Jumat 15 Maret 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Jumat 15 Maret 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Denpasar
Turis Asing yang Tewas Tertimbun Longsor di Vila Tabanan Warga Belanda

Turis Asing yang Tewas Tertimbun Longsor di Vila Tabanan Warga Belanda

Denpasar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com