Usaha Belanda melakukan negosiasi dengan I Gusti Ngurah Rai selalu gagal, sementara kekuatan TKR Sunda Kecil tak bisa dianggap remeh.
Akhirnya Belanda melakukan serangan besar pada 20 November 1946 dengan mengarahkan bantuan pasukan dari Lombok dan juga serangan pesawat udara.
Melihat perang yang tak seimbang, seketika I Gusti Ngurah Rai pun memerintahkan pasukannya untuk melakukan Puputan atau bertarung hingga titik darah penghabisan.
Dalam perang tersebut, I Gusti Ngurah Rai bersama 95 orang pasukannya tewas dalam pertempuran ini.
I Gusti Ngurah Rai gugur dalam usia 29 tahun dan kemudian dimakamkan di Buleleng, Bali.
Walau begitu, jasa-jasa dan pengorbanannya selalu dikenang hingga saat ini oleh rakyat Indonesia.
Selain diabadikan menjadi nama bandara, potret I Gusti Ngurah Rai juga terpampang pada lembaran uang Rp 50.000 seri tahun 2005.
Sumber:
kemsos.go.id
diskominfo.klungkungkab.go.id
bi.go.id
kompas.com