Selain arang, masker juga dijadikan bahan dasar dalam proses pembuatan ogoh-ogoh tersebut. Wedhanta mengatakan, penggunaan masker sebagai bentuk edukasi kepada warga bahwa dengan menggunakan masker bisa terhindar dari Covid-19.
"Masker ini kami angkat sebagai edukasi bagaimana kita lihat kalau dari sisi positifnya masker ini pada saat ini bisa mencegah penularan virus itu sendiri," kata dia.
Proses pembuatan ogoh-ogoh tersebut dilakukan sejak Januari 2022. Total biaya yang dihabiskan sekitar Rp 20 juta.
Baca juga: Prakiraan Cuaca di Denpasar Hari Ini, 1 Maret 2022: Pagi dan Malam Cerah Berawan
Sehari sebelum Hari Raya Nyepi atau pada malam pengerupukan, ogoh-ogoh itu akan diarak di area banjar atau lingkungan desa masing-masing. Kegiatan itu dilakukan 20 orang dengan menaati protokol kesehatan.
Ia pun berharap, pandemi Covid-19 segera berakhir dan aktivitas warga khususnya sektor ekonomi dan pariwisata Bali bisa berangsur-angsur pulih.
"Harapanya cuma itu, pandemi segera berakhir dan kita bisa kembali melihat Bali bangkit," jelasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.