KARANGASEM, KOMPAS.com - Sebanyak 64 orang warga di Lingkungan Ujung Pesisi, Desa Tumbu, Kabupaten Karangasem, Bali, dinyatakan suspek chikungunya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem, dr I Gusti Bagus Putra Pertama mengatakan, puluhan warga itu memiliki keluhan yang sama, mulai dari demam, pegal seluruh tubuh, dan ruam pada kulit.
Penyakit menular tersebut mulai melanda sejak Sabtu (21/5/2022). Awalnya, chikungunya menyerang satu orang warga setempat, kemudian bertambah jumlahnya dua pekan terakhir.
Baca juga: Chikungunya Meluas di Kota Bima, 100 Warga Terjangkit Kesulitan Berdiri
"Jadi ini pemantauan kita Dinkes melalui Puskesmas Karangasem II, sejak 21 Mei ada kasus yang mengarah ke chikungunya sampai dengan tadi pagi ada 64 kasus yang terlaporkan," kata Bagus saat dihubungi wartawan, Kamis (9/6/2022).
Ia mengatakan, dari jumlah tersebut, 54 orang sudah dinyatakan sembuh. Sedangkan, 10 orang lainnya masih dirawat jalan karena memiliki gejala ringan.
Baca juga: Chikungunya Meluas di Kota Bima NTB, Warga Terjangkit Jadi 25 Orang
"Tinggal 10 orang dirawat di rumah masing-masing karena memiliki gejala ringan dan dalam pantauan Dinkes terdekat," ujarnya.
Bagus mengatakan, awalnya warga memberi laporan bahwa ada ratusan warga yang diduga diserang penyakit chikungunya.
Pihak puskesmas setempat lalu mendatangi desa tersebut untuk pemeriksaan dan penanganan medis.
"Jadi kabarnya ada 100, tetapi kalau mungkin (laporan) dari masyarakat 100 sampai 200 bisa saja keluhannya mengarah ke sana, tapi setelah diperiksa tidak terdiagnosa sebagai suspek chikungunya," kata Bagus.
Bagus mengatakan, pihaknya telah melakukan beberapa langkah pencegahan agar penyakit yang dibawa nyamuk tersebut tidak meluas ke desa-desa lainnya. Di antaranya, mengaktifkan kelompok kerja operasional (pokjanal) demam berdarah (DB) di setiap desa.
Kelompok ini bertugas untuk mensosialisasikan pemberantasan sarang nyamuk sebagai faktor penyebab DB.
Berikutnya, pihaknya rutin melakukan fogging atau pengasapan dan menabur obat pembunuh jentik nyamuk di bak-bak penampung air.
Kemudian, pihaknya mengaktifkan gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik atau jumantik.
"Jadi, setiap rumah kepala keluarga memantau jentik supaya tidak lebih dari 5 persen jentik yang berpotensi menjadi nyamuk dewasa yang akan menularkan nyamuk DB atau chikungunya," kata dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.