Sugihan Jawa jatuh pada hari Kamis Wage wuku Sungsang.
Sugihan Jawa berasal dari 2 kata, yaitu Sugi (bersih, suci) dan Jawa (luar) yang bermakna sebagai hari pembersihan atau penyucian segala sesuatu yang berada di luar diri (Bhuana Agung).
Pada hari ini, umat Hindu melakukan upacara Mererebu atau Mererebon untuk menetralisir segala sesuatu yang negatif di luar diri manusia yang disimbolkan dengan pembersihan Merajan dan rumah.
Sugihan Bali jatuh pada hari Jumat Kliwon wuku Sungsang.
Sugihan Bali adalah penyucian atau pembersihan di dalam diri sendiri (Bhuana Alit).
Pada hari ini, umat Hindu melakukan pembersihan secara fisik dengan cara mandi.
Selain itu, mereka juga akan memohon Tirta Gocara kepada Sulinggih sebagai simbol penyucian jiwa raga untuk menyambut Galungan yang sudah semakin dekat.
Hari Penyekeban jatuh pada hari Minggu Pahing wuku Dungulan.
Hari Penyekeban bertujuan untuk “nyekeb indriya”, yang berarti mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agama.
Hari Penyajan jatuh pada hari Senin Pon wuku Dungulan.
Penyajan berasal dari kata dalam bahasa Bali yaitu Saja yang artinya benar atau serius.
Menurut kepercayaan, pada hari ini umat Hindu akan digoda oleh Sang Bhuta Dungulan sebagai ujian tingkat pengendalian untuk melangkah lebih dekat menuju Galungan.
Hari Penampahan jatuh sehari sebelum Galungan, tepatnya pada hari Selasa Wage wuku Dungulan.
Umat Hindu akan disibukkan dengan pembuatan penjor dan menyembelih babi yang dagingnya akan digunakan sebagai pelengkap upacara Galungan.
Pada Hari Penampahan ini masyarakat Hindu di Bali pada umumnya percaya bahwa para leluhur akan mendatangi sanak keturunannya yang ada di dunia.