Selain itu masih banyak motif lain seperti motif tenun yang menggunakan tokoh pewayangan.
Kain tenun gringsing secara umum memiliki tiga warna yang disebut dengan Tridatu, yaitu warna merah, kuning, dan hitam.
Warna merah berasal dari akar mengkudu yang melambangkan api sebagai panas bumi sumber energi dan kehidupan di bumi.
Warna kuning berasal dari campuran minyak kemiri yang melambangkan angin atau oksigen dalam setiap kehidupan manusia.
Warna hitam yang berasal dari pohon taum melambangkan air pemberi penghidupan bagi seluruh makhluk di bumi.
Kain tenun gringsing dikenal memiliki bernilai jual tinggi, dari jutaan hingga mencapai ratusan juta rupiah tergantung motif-motif serta usia kain.
Kain tradisional Bali ini cukup istimewa karena merupakan satu-satunya tenun ikat ganda yang berasal dari Indonesia.
Seperti diketahui, pembuatan kain tenun gringsing dengan teknik ikat ganda memerlukan waktu yang lama.
Proses penenunan kain tenun gringsing membutuhkan sekitar dua bulan, dan untuk motif ikat ganda bisa memakan waktu lebih lama hingga 2-5 tahun.
Kesulitan pembuatan kain ini adalah proses produksinya yang masih tradisional dengan menggunakan tangan, atau tanpa bantuan mesin modern apapun.
Bahkan benang yang digunakan masih dipintal dengan menggunakan tangan dengan alat pintal tradisional yang bukan mesin.
Selain proses produksinya sulit dan lama, bahan dari kain tenun gringsing juga sangat terbatas.
Salah satunya adalah proses pewarnaan yang membutuhkan minyak kemiri agar warnanya bisa pekat dan tahan lama.
Buah kemiri yang digunakan diambil langsung di hutan Tenganan dengan menggunakan kemiri yang benar-benar matang, serta jatuh dari pohonnya sesuai dengan awig-awig (aturan adat).
Sumber:
jalurrempah.kemdikbud.go.id
kemenparekraf.go.id
indonesia.go.id
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.