BALI, KOMPAS.com- Kedatangan jenazah taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Putu Satria Ananta Rustika (19) di kampung halamannya, Klungkung, Bali diiringi isak tangis keluarga.
Putu Satria diketahui meninggal dunia setelah dianiaya oleh seniornya.
"Saya harap pelaku bisa dihukum seberat-beratnya. Karena itu menghilangkan anak (keponakan) saya," ungkap paman korban, Nyoman Budiarta saat ditemui di RSUD Klungkung, Bali, Minggu (5/5/2024), seperti dikutip dari Tribun Bali.
Baca juga: Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...
Sedangkan sang ibu Ni Nengah Rusmini tampak menangis.
Sejumlah orang memeluknya saat jenazah anaknya dipindahkan dari ambulans menuju ke ruang jenazah RSUD Klungkung.
Dia kemudian menyandarkan kepalanya di peti jenazah putranya.
Baca juga: Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi Penindakan
Ayah Putu Satria, Ketut Suastika mengungkap sosok sang anak.
Menurutnya sudah lama Putu Satria ingin masuk ke sekolah kedinasan.
Dia pun akhirnya memilih Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP). Putranya tersebut mulai masuk ke STIP sejak Sepetmber 2023.
Baca juga: Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku
"Dia bilang ingin sekolah kedinasan, kami sebagai orangtua hanya mendukung. Apalagi dia memiliki tekad kjuar," kata Ketut Suastika, seperti dikutip dari Tribun Bali.
Sang anak, kata Ketut Suastika, sering berkirim kabar melalui pesan dari ponsel.
Namun putranya disebut tidak pernah mengeluhkan persoalan yang dialaminya di kampus.
"Saya sering tanya bagaimana keadaan di kampus, dia selalu bilang aman," ungkapnya.
Baca juga: Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta
Kepergian Putu Satria membuat keluarga merasa sangat terpukul. Sebab selama ini, anak sulungnya itu sangat menyayangi keluarga.