Hari Raya Galungan memiliki beberapa rangkaian upacara yang dimulai dari 25 hari sebelumnya.
Tumpek Wariga atau disebut sebagai Tumpek Bubuh, Tumpek Pengatag, atau Tumpek Pengarah jatuh 25 hari sebelum Galungan, tepatnya Saniscara (Sabtu) Kliwon wuku Wariga.
Pada hari tersebut yang dipuja adalah Sang Hyang Sangkara sebagai Dewa Kemakmuran dan Keselamatan Tumbuh-tumbuhan.
Masyarakat akan merayakannya dengan menghaturkan sesaji atau banten.
Sugihan Jawa adalah hari pembersihan atau penyucian segala sesuatu yang berada di luar diri manusia (Bhuana Agung).
Sugihan Jawa jatuh pada hari Kamis Wage wuku Sungsang
Pada hari ini umat melaksanakan upacara yang disebut Mererebu atau Mererebon.
Sugihan Bali jatuh pada hari Jumat Kliwon wuku Sungsang.
Pada hari tersebut umat akan melakukan penyucian jiwa raga untuk menyongsong hari Galungan yang sudah semakin dekat.
Tata cara pelaksanaannya adalah dengan cara mandi, melakukan pembersihan secara fisik, dan memohon Tirta Gocara kepada Sulinggih.
Hari Penyekeban jatuh pada hari Minggu Pahing wuku Dungulan.
Pada hari ini umat mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agama.
Hari Penyajan jatuh pada hari Senin Pon wuku Dungulan.
Pada hari ini umat akan memantapkan diri untuk merayakan hari raya Galungan karena menurut kepercayaan, pada hari ini umat akan digoda oleh Sang Bhuta Dungulan untuk menguji sejauh mana tingkat pengendalian dirinya.
Hari Penampahan jatuh sehari sebelum Galungan atau pada hari Selasa Wage wuku Dungulan.