KOMPAS.com - Rindik adalah salah satu alat musik Bali.
Alunan nada rindik yang tenang kerap digunakan dalam mengiringi acara resepsi pernikahan saat para tamu menikmati hidangan.
Asal-usul alat musik rindik juga mempunyai kaitan dengan Kerajaan Majapahit.
Rindik berasal dari kejatuhan Kerajaan Majapahit, yang pernah mengalami kejayaan dengan menguasai Nusantara.
Kejayaan Majapahit mulai mengalami kemunduran saat Ponorogo, wilayah kecil di Jawa Timur, melakukan pemberontakan kepada Majapahit.
Banyak angklung-angklung Reog yang menjadi senjata kerajaan yang juga dapat berfungsi sebagai alat musik ditinggal pergi.
Pada saat terjadi serbuan Kerajaan Demak, angklung-angklung dan gamelan segera diungsikan ke Pulau Bali, sehingga akar budaya dan kerajaan Majapahit berpindah.
Baca juga: 7 Alat Musik Bali, Fungsi, dan Cara Memainkannya
Saat tiba di Bali, para pemusik Mahjapahit kesulitan mengembalikan gamelan-gamelan yang dibawanya termasuk angklung.
Proses pengembalian gamelan melahirkaan alat musik baru.
Nama rindik dalam bahasa Jawa Kuno artinya ditata dengan rapi dengan celah kecil.
Kisah kemunculan rindik berawal para pemusik Majapahit, yang mengungsi di Bali, berupaya menata kembali alat-alat musik lama.
Proses tersebut akhirnya malah menciptakan alat musik baru yang bernama rindik.
Alat musik tersebut kemudian berevolusi sesuai dengan kearifan lokal Pulau Bali, dimana terbuat dari bambu dengan nada salendro dan dimainkan dengan cara dipukul.
Pada awalnya, rindik digunakan sebagai alat musik untuk menghibur petani di sawah dan hiburan rakyat Joged Bumbung.
Sejalan perkembangan zaman, rindik digunakan untuk berbagaimacam keperluan, mulai musik pelengkap berbagai acara, pernikahan, saat bersantai, hingga penyambutan kepala negara yang berkunjung ke Bali.