Busana yang dikenakan penari Lego-Lego biasanya adalah busana adat Alor.
Busana adat Alor terbuat dari kain tenun dengan ciri khas yaitu penggunaan motif kenari.
Bagi laki-laki, busana adat yang dikenakan akan dipadukan dengan penutup kepala
Sementara penari perempuan pada umumnya membiarkan rambutnya terurai dengan aksesoris seperti kalung, anting dan gelang.
Aksesori lainnya adalah gelang kaki yang berfungsi untuk menghasilkan suara gemerincing sebagai panduan untuk menyeragamkan gerakan.
Seperti dketahui, Alor sangat dikenal dengan julukan Negeri 1000 Moko yang diambil dari nama dari alat musik khas yang cukup legendaris.
Moko adalah alat musik yang terbuat dari perunggu, yang oleh masyarakat adat juga berfungsi sebagai mas kawin serta membayar sejumlah denda.
Alat musik Moko kerap digunakan sebagai iringan pada Tari Lego-Lego.
Selain moko, terkadang iringan pada Tari Lego-Lego juga menggunakan gong.
Walau begitu Tari Lego-Lego juga kerap ditarikan tanpa iringan, dan hanya memanfaatkan irama hentakan kaki atau gemerincing gelang kaki para penari.
Sebagai tari yang bernuansa gembira, makna Tari Lego-Lego adalah simbol rasa syukur kepada Tuhan.
Selain itu, Tari Lego-Lego merupakan tari multik etnik, di mana setiap suku, bahasa, klan, agama, gender maupun status sosial sehingga memiliki makna toleransi dan persatuan.
Selain untuk menghibur dan memeriahkan suasana, Tari Lego-Lego juga memiliki beberapa fungsi.
Tari Lego-Lego dipentaskan pada saat bahagia seperti pada penyambutan kembalinya pasukan perang, perayaan musim panen, pada acara pernikahan, maupun pada upacara Sunna Hada (sunatan massal).
Saat ini Tari Lego-Lego juga berfungsi sebagai tari penyambutan tamu yang memberikan kesan akrab tanpa membeda-bedakan.
Sumber:
revolusimental.go.id
gramedia.com
kompas.com (Penulis : Vanya Karunia Mulia Putri | Editor : Serafica Gischa)