Dijelaskan Daryono bahwa Sesar Naik Flores lebih aktif daripada zona subduksi karena tekanan coupling “subduksi landai” dari Flores Thrust ke bawah Kepulauan Sunda Kecil (Bali, NTB, NTT) lebih kuat.
Sedangkan slab Lempeng Indo-Australia memiliki sudut tukik curam karena umurnya yang sudah tua, sehingga tekanan coupling dengan busur vulkanik Kepulauan Sunda Kecil lebih lemah dan jika patah maka gempanya tidak besar.
Lebih lanjut, Daryono juga menyebut adanya fakta bahwa gempa di zona subduksi selatan NTB-NTT sangat jarang terjadi.
Dilansir dari pemberitaan Kompas.id 16 Desember 2021, disebut bahwa tsunami besar sebagaimana pernah melanda Flores dan sekitarnya pada 1992.
Bencana gempa bumi yang melanda Flores pada Sabtu, 12 Desember 1992 pukul 13.29 WITA berkekuatan M 7,5 yang berpusat di kedalaman laut, 35 kilometer (km) arah barat laut Kota Maumere.
Gempa tersebut memicu longsor bawah laut yang menimbulkan gelombang tsunami. Kombinasi gempa dan longsor itu membuat tsunami Flores menjadi mematikan.
Bencana tsunami Flores 1992 merenggut nyawa 2.500 orang. Sementara kerusakan terparah dialami Kota Maumere dan Pulau Babi, sebuah pulau berdiameter 2,5 kilometer yang berada di utara Pulau Flores.
Dalam publikasi berjudul Damage to Coastal Villages Due to the 1992 Flores Island Earthquake Tsunami (1995), peneliti Jepang yang berkunjung ke pantai utara Flores dan Pulau Babi dua pekan setelah kejadian menemukan beberapa fakta terkait ketinggian gelombang tsunami kala itu.
Disebutkan bahwa ketinggian tsunami di Kampung Wuring (Flores) mencapai 3,2 meter.
Gelombang tersebut sontak membuat seluruh kampung yang berada hanya 2 meter di atas permukaan laut itu tenggelam dan menelan korban tewas sebanyak 87 orang.
Namun di Desa Riangkroko, di sisi timur Pulau Flores, tinggi gelombang tsunami bahkan mencapai 26,2 meter dan menewaskan 137 orang.
Tingginya gelombang di Riangkroko itu akibat gempa memicu longsor di Teluk Hading yang membuat kekuatan tsunami menjadi berlipat ganda.
Dari kedahsyatan dan dampaknya, tsunami Flores menjadi salah satu yang terkuat di Indonesia, selain tsunami Aceh 2004.
Sejak kejadian itu, sumber gempa di sebelah utara Flores itu mulai diselidiki. Selanjutnya temuan tersebut dikenal sebagai Sesar Naik Flores karena memiliki mekanisme patahan naik.
Sumber:
esdm.go.id
kelimutu.id
twitter.com/daryonobmkg
kompas.id
regional.kompas.com (Editor : Amir Sodikin)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.