KOMPAS.com - Kapal selam KRI Nanggala-402 hilang kontak di perairan utara Bali, Rabu (21/4/2021).
Kapal yang dibuat di Jerman tahun 1977 itu membawa 53 prajurit TNI.
Baca juga: Kapal Selam KRI Nanggala-402 Hilang Kontak Saat Komandan Berikan Otoritas Penembakan Torpedo
Kapuspen TNI Mayjen Achmad Riad menjelaskan, pada pukul 03.46 waktu setempat, KRI Nanggala melakukan penyelaman.
Baca juga: Dibuat 1977, Masihkah KRI Nanggala-402 Layak Beroperasi? Ini Jawaban Panglima TNI
Kemudian pada pukul 04.00, kapal melaksanakan penggenangan peluncur torpedo yang merupakan kontak terakhir dengan kapal selam tersebut.
Baca juga: Di Kedalaman 100 Meter Ditemukan Titik Kemagnetan Tinggi, KSAL: Harapannya KRI Nanggala
"Penenggelaman peluncur torpedo nomor 8 yang merupakan komunikasi terakhir dengan KRI Nanggala pada pukul 04.25," ujar Riad saat konferensi pers, Kamis (22/4/2021).
Ada lima KRI yang dikerahkan untuk mencari kapal selam tersebut.
Salah satu kapal yaitu KRI RE Martadinata sempat mendeteksi pergerakan dengan kecepatan 2,5 knot.
Baca juga: Pesan Terakhir Serda Ari Prasetya, Awak KRI Nanggala-402 ke Istri: Doain Selamat, Dek...
Setelah ditelusuri, ternyata pergerakan tersebut berasal dari rumpon (alat bantu cari ikan).
Baca juga: KSAL Ungkap 2 Kemungkinan Temuan Tumpahan Minyak dalam Pencarian KRI Nanggala-402 yang Hilang Kontak
Namun, Kamis, kru pencari mendeteksi kemagnetan yang tinggi di salah satu titik lokasi.
Titik dengan kemagnetan tinggi ditemukan di kedalaman 50-100 meter.
Kamis sore, dengan menggunakan multibeam echosounder portable, kru pencari akan kembali ke lokasi untuk mencari tahu temuan tersebut.
"Harapannya KRI Nanggala," ujar Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono.
Yudo mengungkapkan soal dua kemungkinan temuan tumpahan minyak dalam pencarian KRI Nanggala-402.
Menurut Yudo, kemungkinan pertama adalah tangki kapal selam mengalami keretakan sehingga terjadi kebocoran apabila kapal terus menyelam ke kedalaman.