KOMPAS.com - Pulau Bali menjadi salah satu wilayah yang memiliki ragam kebudayaan yang tersohor hingga mancanegara termasuk juga rumah adatnya.
Bentuk khas rumah adat bali hingga saat ini masih kerap ditemui dan terjaga hingga saat ini.
Baca juga: 4 Nama Rumah Adat Sulawesi Selatan Beserta Ciri Khas dan Filosofinya
Rumah adat Bali menjadi menarik untuk dikenali termasuk dengan filosofi yang terkandung di dalamnya.
Baca juga: 6 Nama Rumah Adat di Jawa Barat, Keunikan, dan Ciri Khas
Filosofi yang ada termasuk dalam arsitektur tradisional bangunan rumah adat bali yang dikenal dengan asta kosala kosali yang dikenal sejak abad ke-9.
Baca juga: Nama Pakaian Adat Bali, Ciri Khas, Fungsi dan Filosofi
Intania P dan Nindya K. Suwarto dalam buku Rumah Adat Nusantara (2017) menjelaskan secara singkat bahwa rumah adat Bali tidak memiliki nama khusus.
Namun apabila diamati, rumah adat ini tersusun menjadi sebuah kompleks bangunan dan biasanya dikelilingi tembok dengan sebuah gerbang masuk berbentuk khas.
Berikut adalah ulasan tentang bangunan rumah adat bali beserta nama, fungsi, dan ciri khasnya.
Setiap orang yang datang ke rumah adat Bali akan disambut dengan bentuk gerbang rumah yang khas. Gerbang masuk kompleks rumah adat Bali disebut dengan angkul-angkul. Perbedaan angkul-angkul dengan gapura adalah adanya atap yang menghubungkan kedua sisinya.
Keunikan gerbang rumah Bali adalah tidak menunjukkan langsung sisi dalam rumahnya. Hal ini karena ada sebuah partisi bernama aling-aling atau juga dikenal dengan istilah penyengker. Selain menggunakan tembok, ada juga aling-aling yang dibuat dengan menggunakan patung.
Di dalam kompleksnya terdapat beberapa bangunan terpisah salah satunya Bale Gede. Bale ini bisa digunakan untuk ritual adat sehingga biasanya memiliki bentuk bangunan yang besar.
Bangunan untuk tempat tinggal anak yang belum menikah memang dipisahkan. Adapun bangunan tempat tinggal untuk laki-laki disebut Bale Dangin.
Bangunan ini adalah rumah untuk tempat tinggal kepala keluarga dan juga anak perempuan belum menikah. Letak bangunan ada pada bagian utara rumah adat Bali.
Bale Dauh digunakan untuk beristirahat atau tempat untuk menerima tamu. Bangunan ini biasanya memiliki lantai lebih rendah dari Bale Manten.
Sementara untuk melaksanakan ibadah ada juga bagunan pemerajaan yang merupakan pura keluarga.
Hasil bumi dari perkebunan atau pertanian juga disimpan di dalam area rumah adat. Sebutan untuk bangunan tempat penyimpanan atau lumbung adalah Jineng atau Klumpu.
Hewan ternak juga beberapa dipelihara di dalam kompleks bangunan adat Bali. ada sebutan khusus untuk bangunan tempat tinggal ternak yaitu Tebe.
Rumah adat bali memiliki Bale Paon atau perapen dapur di tempat terpisah. Mereka akan menyimpan peralatan memasak dan tungku kayu bakar di tempat ini. Tempat khusus untuk memasak ini biasa disebut Pawaregen atau Pewaregan.
Ida Bagus Oka Windhu dalam buku Bangunan Tradisional Bali dan Fungsinya (1984) juga menjelaskan nama-nama rumah tempat tinggal yang disesuaikan dengan tingkat kasta orang yang menempatinya.
Yang pertama adalah Geria yaitu sebutan untuk rumah tempat tinggal bagi kasta Brahmana.
Kemudian ada juga Puri yaitu tempat tinggal bagi orang dengan kasta Ksatria yang memegang pemerintahan, sementara kasta Ksatria lainnya akan tinggal di Jero.
Bagi kasta Wesia, tempat tinggalnya bernama Umah. Sementara bangunan lain yang berada di luar pusat pemukiman disebut Kubu.
Rumah adat bali terkenal dengan keindahan ukiran dan hiasan yang ada pada bangunannya. Selain bernilai seni, ukiran dan hiasan ini juga bermakna filosofis.
Ada beberapa nama hiasan dan ukiran bermotif tumbuhan yang ada pada rumah adat Bali.
Motif pertama adalah Keketusan dengan lengkungan bunga dan daun besar dan lebar yang bisa ditemui di halaman rumah atau bagian depan bangunan adat.
Motif kedua adalah Kekarangan yaitu motif hiasan tumbuhan lebat dengan daun seperti rumpun perdu yang diletakkan di bagian karang simbar atau karang suring.
Ketiga adalah motif pepatran dengan motif bunga-bunga yang bisa ditemui di bidang sempit seperti tiang dan blandar.
Selain motif tumbuhan ada pula motif hewan yang biasanya diambil dari legenda atau cerita rakyat setempat. Selain sebagai ukiran, beberapa hiasan juga dipasang dalam bentuk patung.
Seperti budaya yang berkembang, rumah adat Bali juga memiliki aturan-aturan dengan filosofinya masing-masing.
Hingga sekarang, aturan-aturan tersebut masih dipegang teguh masyarakat sehingga rumah adat Bali masih bisa ditemui keberadaannya dan masih lestari.
Sumber:
http://repositori.kemdikbud.go.id/5509/1/59.%20Isi%20dan%20Sampul%20Rumah%20Adat%20Nusantara.pdf
http://repositori.kemdikbud.go.id/8143/1/BANGUNAN%20TRADISIONAL%20BALI%20SERTA%20FUNGSINYA.pdf
https://www.gramedia.com/literasi/mengenal-rumah-adat-bali/
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.