Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Perdagangan Ilegal Penyu Hijau di Bali

Kompas.com - 07/05/2023, 06:16 WIB
Rachmawati

Editor

Laki-laki berusia 45 tahun ini mengaku mengonsumsi daging penyu ketika ada “upacara-upacara besar di pura”.

“Dulu memang lazim untuk menggunakan penyu sebagai sesajen dalam upacara-upacara dan yang dipakai adalah penyu-penyu ukuran besar,” kata Wayan.

Namun, sekarang kondisinya sudah berubah. Dia bilang penyu tidak boleh lagi dikonsumsi dan hanya dipakai untuk upacara pekelem, itupun yang berukuran kecil.

Upacara pekelem merupakan upacara ruwatan untuk laut, gunung, dan Bumi.

“Sebenarnya tidak cuma penyu saja yang dipakai. Kadang hewan-hewan jenis lain juga dipakai,” ujar bapak satu anak itu.

Untuk ruwatan bumi, kata Wayan, penyu akan disembelih lalu ditanam atau dikubur. Sedangkan untuk ruwatan laut, penyu akan dilepaskan ke laut dalam keadaan hidup.

Untuk ruwatan gunung, penyu juga akan dilepaskan begitu saja.

Baca juga: Penyu Lebar 1 Meter Ditemukan Mati di Parangkusumo Bantul

Lebih banyak untuk komersil

Dari hasil investigasi Yayasan ProFauna Indonesia pada 1999, sekitar 9.000 ekor penyu diperdagangkan di Bali hanya dalam kurun waktu 4 bulan, dari Mei hingga Agustus, dengan pusat perdagangan penyu yang berada di Tanjung Benoa.

Rosek Nursahid meyakini penggunaan penyu untuk komersil lebih banyak dibandingkan untuk upacara adat—yang paling tidak menggunakan satu penyu sebagai simbol.

Bahkan menurut beberapa pedanda—ulama/pendeta agama Hindu— yang ditemui Rosek, pemanfaatan penyu dalam upacara hanya dilakukan pada saat Upacara Tawur Agung yang dilakukan seratus tahun sekali dan itu pun “bisa diganti”.

“Kenapa setiap tahun selalu ada puluhan penyu yang masuk? Berarti bukan untuk kepentingan adat atau upacara. Berarti untuk kepentingan komersil yang dipakai untuk sate, untuk lawar, yang dijual terutama di Denpasar Selatan… sampai ke Benoa,” ujar Rosek.

Baca juga: Cerita Nelayan di Sikka, Selamatkan Penyu Belimbing yang Tersangkut Pukat

Di kalangan masyarakat Bali, daging penyu umumnya diolah menjadi sate atau campuran lawar, makanan khas Bali sejenis urap.

Wayan mengaku meski dirinya paham penyu hijau adalah termasuk satwa yang dilindungi.

Dia pun masih mau mengonsumsinya jika bisa menemukan warung yang menjual olahan daging penyu.

“Tapi memang sulit mencari warung yang menjual daging penyu. Dan kalaupun ada, sebenarnya sulit untuk membedakan apakah benar yang mereka jual adalah daging penyu atau daging babi biasa karena rasanya yang mirip,” ujar Wayan.

Meski mengaku terakhir kali mengonsumsi daging penyu puluhan tahun lalu, Wayan masih ingat rasa dan tekstur hewan yang dilindungi itu.

“Rasanya enak. Mirip daging babi panggang, tapi lebih banyak lemaknya.”

Baca juga: TNI AL Telusuri Dugaan Penyelundupan 43 Ekor Penyu Hijau di Perairan Jembrana

Sudah berkurang

Pelepasliaran penyu hijau hasil sitaan kasus penyelundupan di Desa Perancak, Kecamatan/Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali, pada Selasa (8/3/2022).Humas Polres Jembrana Pelepasliaran penyu hijau hasil sitaan kasus penyelundupan di Desa Perancak, Kecamatan/Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali, pada Selasa (8/3/2022).
Menurut WWF Indonesia Praktik pemanfaatan penyu, khususnya penyu hijau, di Pulau Bali disinyalir telah terjadi sejak 1960-an.

Namun, beberapa dekade terakhir WWF Indonesia mengatakan angkanya telah “berkurang dibanding dulu”.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemotor yang Berkendara Zig-zag karena Mabuk dan Tantang Polisi di Buleleng Dibebaskan

Pemotor yang Berkendara Zig-zag karena Mabuk dan Tantang Polisi di Buleleng Dibebaskan

Denpasar
Pekerja Seks Asal Bogor ke Bali untuk 'Open BO', Dibunuh Pelanggan, Mayatnya Disimpan Dalam Koper

Pekerja Seks Asal Bogor ke Bali untuk "Open BO", Dibunuh Pelanggan, Mayatnya Disimpan Dalam Koper

Denpasar
Paman Korban Ungkap Dugaan Kecemburuan Senior STIP di Balik Kematian Ponakannya: Dia Akan Dikirim ke China

Paman Korban Ungkap Dugaan Kecemburuan Senior STIP di Balik Kematian Ponakannya: Dia Akan Dikirim ke China

Denpasar
Wisatawan China Tewas saat 'Snorkeling' di Pantai Lovina Bali

Wisatawan China Tewas saat "Snorkeling" di Pantai Lovina Bali

Denpasar
Wanita yang Mayatnya Ditemukan Dalam Koper Baru 3 Hari Berada di Bali

Wanita yang Mayatnya Ditemukan Dalam Koper Baru 3 Hari Berada di Bali

Denpasar
Ayah Ungkap Sosok Putu Satria, Taruna STIP yang Tewas di Tangan Senior

Ayah Ungkap Sosok Putu Satria, Taruna STIP yang Tewas di Tangan Senior

Denpasar
Dari Kos, Pelaku Pembunuhan di Bali Bawa Koper Berisi Mayat Wanita

Dari Kos, Pelaku Pembunuhan di Bali Bawa Koper Berisi Mayat Wanita

Denpasar
Temuan Mayat Perempuan Dalam Koper di Jimbaran Bali

Temuan Mayat Perempuan Dalam Koper di Jimbaran Bali

Denpasar
Lagi, Kasus Mayat Dalam Koper, Terjadi di Bali dan Pelaku Sudah Ditangkap

Lagi, Kasus Mayat Dalam Koper, Terjadi di Bali dan Pelaku Sudah Ditangkap

Denpasar
Keluarga Menangis Saat Peti Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Tiba di Bali

Keluarga Menangis Saat Peti Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Tiba di Bali

Denpasar
Pengendara Motor Mabuk Tantang Polisi di Buleleng, Berakhir Ditangkap

Pengendara Motor Mabuk Tantang Polisi di Buleleng, Berakhir Ditangkap

Denpasar
Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Minggu 5 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Minggu 5 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Denpasar
Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Denpasar
Polisi Gerebek Vila yang Diduga Jadi Pabrik Narkoba di Bali

Polisi Gerebek Vila yang Diduga Jadi Pabrik Narkoba di Bali

Denpasar
PDI-P Bali Usulkan 2 Nama untuk Dampingi Koster pada Pilkada 2024

PDI-P Bali Usulkan 2 Nama untuk Dampingi Koster pada Pilkada 2024

Denpasar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com