Sebelum Belanda menyerbu Banjar, Ida Made Rai sempat diangkat menjadi Raja Resi di Banjar yang didukung oleh Raja Bangli dan desa-desa tetangga.
Setelah serangan tersebut, Banjar kembali diserbu oleh Belanda dari arah barat yang dibantu oleh L Wayat Tragi.
Perlawanan yang sangat gigih pula oleh rakyat Banjar berhasil memukul mundur Belanda, dan pada saat itulah Banjar berubah nama menjadi " Sura Magada".
Selanjutnya Desa Banjar kembali digempur pasukan Belanda di bawah pimpinan Kolonel De Braban dan Mayor Bloom.
Serbuan yang dimulai dari arah timur melalui Temukus dan Dencarik ini membuat satu persatu petinggi Banjar gugur dan akhirnya Desa Banjar hancur.
Dampaknya, Ida Made Rai ditangkap di Jatiluwih Tabanan bersama 5 orang pengikutnya. Mereka diadili di Batavia dan dijatuhi hukuman seumur hidup dan dibuang ke Bandung.
Puputan Klungkung adalah sebuah pertempuran sengit yang dilakukan Laskar Klungkung terhadap pemerintah Kolonial Belanda di Bali pada 1906.
Penyebab pecahnya Puputan Klungkung adalah tuduhan pihak kolonial Belanda terhadap Kerajaan Klungkung yang disebut berusaha melakukan pemberontakan.
Bahkan Raja Klungkung saat itu, Raja Dewa Agung Jambe II, mendapat ultimatum untuk menyerah dengan batas waktu sampai 22 April 1908.
Akan tetapi, ultimatum tersebut dihiraukan oleh raja dan rakyat Klungkung karena semangat menjaga kedaulatan.
Pada perang tersebut, beberapa tokoh pembesar Kerajaan Klungkung gugur, seperti Cokorda Gelgel, Dewa Agung Gede Semarabawa, Dewa Agung Muter, dan putra mahkota kerajaan.
Raja Dewa Agung Jambe II bersama dengan sekitar 3.000 laskarnya juga gugur di medan perang pada 28 April 1908.
Setelah jatuhnya Kerajaan Klungkung,pemerintah kolonial Belanda juga membakar istana Klungkung.
Perang Tanah Aron merupakan pertempuran antara pasukan Ciung Wanara yang dipimpin I Gusti Ngurah Rai melawan pasukan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) di Tanah Aron pada 7 Juli 1946.
Pertempuran ini dimenangkan oleh pasukan yang pimpinan I Gusti Ngurah Rai.