Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampah Plastik Jadi Ancaman Ekosistem Mangrove di Tahura Ngurah Rai Bali

Kompas.com - 04/12/2023, 19:13 WIB
Yohanes Valdi Seriang Ginta,
Andi Hartik

Tim Redaksi

DENPASAR, KOMPAS.com - Sampah plastik masih menjadi salah satu ancaman utama ekosistem mangrove di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Denpasar, Bali.

Analis Rehabilitasi dan Konservasi Tahura Ngurah Rai I Made Yuda Wibawa mengatakan, penanganan sampah plastik di kawasan mangrove ini sulit teratasi karena sumbernya belum ditangani dengan baik.

Apalagi, kawasan Tahura Ngurah Rai menjadi hulu dari beberapa sungai yang melewati Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, yang diduga menjadi sumber sampah plastik.

"Ini masalah penanganan sampah plastik di dalam kawasan, itu yang menjadi penting sekarang. Sampah plastik ini karena kita berada di hulu sungai yang melewati Kota Denpasar dan kabupaten Badung, yang kemungkinan menjadi sumber sampah," kata dia usai penanaman bibit mangrove bersama Bank BRI di Benoa, Denpasar, Bali, pada Senin (4/12/2023).

Baca juga: Pakai Visa Kunjungan untuk Bisnis Properti di Bali, Pasutri WN Australia Dideportasi

Ia mengungkapkan, pihaknya sudah melakukan berbagai cara untuk membersihkan sampah plastik yang tersangkut di hamparan hutan mangrove. Di antaranya, melibatkan beberapa komunitas dan masyarakat di sekitar. Namun tetap tidak menyelesaikan persoalan tersebut.

"Kalau masalah pembersihan kita tidak masalah artinya kita bisa membersihkan sampah plastik dalam kawasan, namun karena sumbernya tidak bisa ditangani sehingga ada aja sampah di dalam kawasan," kata dia.

Baca juga: 78 Desa dan Kelurahan di Buleleng Bali Rawan Terdampak Banjir Bandang

Selain mengancam ekosistem mangrove, lanjut Yuda, keberadaan sampah plastik ini juga bisa menyebabkan berkurangnya penghasilan ekonomi masyarakat sekitar.

"Kita bekerja sama dengan kelompok nelayan yang beraktivitas di situ, kita legalkan mereka beraktivitas salah satunya ruang lingkup kerja sama dengan mereka ada pembersihan sampah jadi mereka setiap hari," kata dia.

"Karena kalau ada sampah di sekitar mereka sumber perikanan yang menjadi andalan mereka jauh menurun. Contohnya, kepiting bakau kalau sampahnya banyak bahkan membeludak, kepiting bakau itu tidak akan keluar," sambungnya.

Ia mengatakan, keberadaan hutan mangrove ini merupakan salah satu sumber daya alam yang bisa meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. Mulai dari objek wisata hingga buah dan daun mangrove diolah menjadi minuman atau makanan bernilai ekonomis.

Namun, pengolahan hasil mangrove tersebut tidak dilakukan secara besar-besaran dan dibatasi agar buahnya tetap ada untuk perkembangbiakan secara alami.

"Untuk kita sebut itu hasil hutan bukan kayu nah ini berupa buah-buahan, daun, mereka olah menjadi bahan makanan atau minuman. Itu kita latih mereka untuk meningkatkan pendapatan mereka dari sisi ekonominya," kata dia.

Sebagai informasi, Bank Rakyat Indonesia (BRI) menggandeng startup urun dana dan tokoh publik menanam 33.000 bibit mangrove secara serentak di lima daerah, yakni di Denpasar, Sorong, Makassar, Lampung dan Semarang, pada Senin.

Kegiatan ini disebut sebagai manifestasi nyata dan komitmen BRI untuk menjalankan program BritAma Tanam Kebaikan. Sebab, mangrove berperan sangat penting dalam menjaga kelestarian bumi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sandiaga Sebut Banyak Vila Ilegal di Bali dan Berisiko Disalahgunakan

Sandiaga Sebut Banyak Vila Ilegal di Bali dan Berisiko Disalahgunakan

Denpasar
Wihara di Buleleng Bersolek Sambut Hari Raya Waisak

Wihara di Buleleng Bersolek Sambut Hari Raya Waisak

Denpasar
3 Pemuda di Jembrana Perkosa Remaja 14 Tahun, Korban Dicekoki Miras dan Pil

3 Pemuda di Jembrana Perkosa Remaja 14 Tahun, Korban Dicekoki Miras dan Pil

Denpasar
Sempat Disarankan Cekal People Water Forum, Menteri PUPR: Saya Bilang 'No'

Sempat Disarankan Cekal People Water Forum, Menteri PUPR: Saya Bilang "No"

Denpasar
Menparekraf Siapkan Regulasi untuk Tarik Investasi 'Family Office' di Bali

Menparekraf Siapkan Regulasi untuk Tarik Investasi "Family Office" di Bali

Denpasar
Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Denpasar
Kritik WWF Ke-10 Bali 2024, Diskusi Aktivis Lingkungan Dibubarkan Ormas

Kritik WWF Ke-10 Bali 2024, Diskusi Aktivis Lingkungan Dibubarkan Ormas

Denpasar
Kala Sandiaga Beri Sinyal Tolak Halus jika Ditawari Kursi Menteri di Kabinet Prabowo...

Kala Sandiaga Beri Sinyal Tolak Halus jika Ditawari Kursi Menteri di Kabinet Prabowo...

Denpasar
Tesla Belum Bangun Pabrik di Indonesia, Luhut Ungkap Alasannya

Tesla Belum Bangun Pabrik di Indonesia, Luhut Ungkap Alasannya

Denpasar
Menteri PAN-RB Janji Tertibkan Sekolah Kedinasan Usai Perundungan di STIP yang Tewaskan Taruna asal Bali

Menteri PAN-RB Janji Tertibkan Sekolah Kedinasan Usai Perundungan di STIP yang Tewaskan Taruna asal Bali

Denpasar
Anak 7 Tahun di Buleleng Jadi Korban Pemerkosaan oleh Tetangganya

Anak 7 Tahun di Buleleng Jadi Korban Pemerkosaan oleh Tetangganya

Denpasar
Siasat WN Ukraina di Bali, Curi Perhiasan Senilai Rp 12 Juta demi Dideportasi ke Inggris

Siasat WN Ukraina di Bali, Curi Perhiasan Senilai Rp 12 Juta demi Dideportasi ke Inggris

Denpasar
Soal Masuk Kabinet Prabowo, Sandiaga Merasa Tak Pantas karena Banyak yang Lebih Berkeringat

Soal Masuk Kabinet Prabowo, Sandiaga Merasa Tak Pantas karena Banyak yang Lebih Berkeringat

Denpasar
Kala Sandiaga Hadiahi Puan Miniatur Banteng Saat WWF Ke-10 di Bali...

Kala Sandiaga Hadiahi Puan Miniatur Banteng Saat WWF Ke-10 di Bali...

Denpasar
Buka 1,8 Juta Formasi PPPK, Menteri PAN-RB Bantah Ada Unsur Politik

Buka 1,8 Juta Formasi PPPK, Menteri PAN-RB Bantah Ada Unsur Politik

Denpasar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com