DENPASAR, KOMPAS.com - Muhammad Aditya Pratama (22) dengan semangat menawarkan kue oncom dan cucur kepada pengunjung festival kuliner Ramadhan Kampung Sunda yang berlangsung di Jalan Marlboro, Gang X, Kota Denpasar, Provinsi Bali, Senin (3/3/2025) sore.
"Silakan teh, aa kue cucurnya," ujar Aditya, menggunakan panggilan khas Sunda kepada setiap orang yang melintas di depan stan Titipan Kampung Sunda Bali.
Para pengunjung tampak tergoda untuk membeli kue cucur tersebut.
Kue cucur khas Sunda memiliki bentuk bulat loncong, berbeda dengan kue cucur pada umumnya yang berbentuk bulat lempeng.
Baca juga: Ramadhan 2025, Masjid Mekkah Hadir Kota Pasuruan
Cita rasa manis dengan tekstur padat dan sedikit renyah menjadi daya tarik tersendiri.
Kue tradisional ini, yang terbuat dari tepung beras dan gula merah, dijual seharga Rp 2.500 per biji.
Aditya menjelaskan bahwa kue oncom dan cucur tersebut dibuat khusus untuk festival Ramadhan kali ini, dengan bahan-bahan yang didatangkan langsung dari Jawa Barat untuk menciptakan rasa nostalgia.
"Iya, bahan-bahannya dari sana. Makanya ada orang bilang kok mahal, karena kami bahan-bahannya langsung dari sana," ungkap pria yang juga berprofesi sebagai pengemudi taksi wisata ini.
Baca juga: Pegawai Harus Disiplin Selama Ramadhan, Telat Masuk Kantor Uang TPP Bisa Berkurang
Di tempat yang sama, Aura (22), salah satu pengunjung, mengakui rasa kue cucur di festival ini mengingatkannya pada rumah dan kampung halamannya.
Menurutnya, kue cucur yang biasa dijual di Bali tidak sama dengan kue cucur dari kampung halamannya di Tasikmalaya, Jawa Barat.
"Soalnya ingat sama kampung. (Beli kue cucur) untuk mengobati rindu sama kampung sendiri," kata perempuan yang berprofesi sebagai penjahit ini.
Sementara itu, Asep Abdullah Kepin (30), selaku ketua panitia festival, menyatakan bahwa acara ini bertujuan memfasilitasi usaha mikro kecil menengah (UMKM) sekaligus memperkenalkan kuliner khas Jawa Barat di Bali.
Baca juga: Festival Ramadhan Papua Pegunungan 2025 dan Peluncuran Wamena Digital Space Resmi Dibuka
Festival yang bertajuk "sono ku rasa, sono ku aya na" ini juga bertujuan membangkitkan rasa nostalgia para perantau dari Jawa Barat yang berada di Bali.
Festival ini menyediakan 20 lapak kuliner khas Jawa Barat, seperti combro, tutut, seblak, cireng, bakso, dan minuman tradisional lainnya.
Festival berlangsung dari 1 hingga 20 Maret 2025, dibuka sejak pukul 16.00 Wita hingga waktu berbuka puasa.
"Sono itu artinya mengobati rindu para perantau Jawa Barat," ujar Asep.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang