DENPASAR, KOMPAS.com - Kuliner tradisional Bali belum lengkap rasanya tanpa kehadiran lawar. Campuran rempah dalam bumbu basa genep yang khas menciptakan sensasi nikmat.
"Lawar menggunakan bumbu khas Bali yang tidak bisa didapat di jenis makanan yang lain," kata pelanggan setia lawar Bali, I Gusti Mahayanti (35), Selasa (29/4/2025).
Tidak sulit menemukan warung makan di Kabupaten Badung, Gianyar, maupun kabupaten lainnya yang menyediakan menu lawar Bali.
Baca juga: Sebulan Gerakan Bali Bersih Sampah Digencarkan, Ini Tanggapan PPLH Bali
Di Kota Denpasar pun, meski kini semakin dipadati dengan coffee shop, kehadiran rumah makan lawar Bali tetap diminati dan menjadi menu favorit masyarakat.
Misalkan saja, Warung Men Yuda, Warung Setia Budi, Warung Men Repot, dan Warung Lawar Negro di Denpasar.
Setiap kali singgah ke sana, dipastikan antrean pelanggan akan mengular.
Baca juga: Melihat Kue Bongko Khas Arosbaya, Sudah Bertahan 55 Tahun
Guna memudahkan pelayanan karena banyaknya pembeli, para pedagang meminta untuk menuliskan detail pesanan di secarik kertas, sebagaimana yang diterapkan di Warung Men Yuda.
Para pembeli pun mau dengan sabar menunggu hingga gilirannya tiba. Mereka tak mau ketinggalan mencicipi kuliner andalan Bali itu.
Bahkan, tidak jarang pembeli rugi datang ke lokasi karena sudah habis.
"Saya tiga hari sekali pasti beli lawar. Paling lambat seminggu sekali lah pasti makan lawar," ujar Maha yang juga gemar bersepeda keliling Pulau Bali ini.
Satu porsi lawar ayam Bali dibanderol dengan harga mulai Rp 15.000 hingga Rp 25.000.
Jika ingin lebih, pembeli bisa meminta ditambahkan, dan harganya pun akan menyesuaikan, hingga menjadi Rp 35.000 paket lengkap.
"Lawar Bali ini menjadi sangat khas karena tekstur antara sayur dan daging yang diaduk dengan bumbu khas Bali. Semakin enak ketika ditambah dengan sambel embe (sambal bawang)-nya," tambah Maha.