Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suka Duka Warga Bali Bangun Pura Pertama di Belanda

Kompas.com, 16 Juni 2025, 10:48 WIB
Ni Ketut Sudiani,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

DENPASAR, KOMPAS.com - Setelah sekian lama menanti, warga Bali yang tinggal di Belanda kini memiliki pura sebagai tempat persembahyangan umat Hindu.

Pura Shanta Citta Bhuwana (PSCB) yang terletak di Taman Indonesia Kallenkote Steenwijk Overijssel, resmi dibangun dan menjadi pura pertama di Belanda.

Pembangunan pura ini merupakan hasil gotong royong warga Bali dengan dukungan dari berbagai pihak.

Setiap tahap pembangunan pura mencerminkan nilai-nilai gotong royong, kerinduan akan tanah leluhur, serta komitmen untuk menjaga warisan spiritual.

Baca juga: Jejak Tuban sebagai Pelabuhan Internasional di Era Kerajaan Hindu-Budha

"Kalau dulu, kami ke mana-mana sewa tempat. Akhirnya berpikir, kami di sini merantau jauh cari kerja, mengapa tidak ada pura," ungkap Ni Made Aniadi (65), Ketua Yayasan Bali Abdi Samasta (BAS) yang mengkoordinatori pembangunan pura saat dihubungi Kompas.com.

Saat ini, tercatat setidaknya 350 orang Bali tinggal di Belanda.

Aniadi sendiri telah tinggal di negeri kincir angin tersebut selama 39 tahun.

Meskipun pembangunan pura memerlukan waktu yang cukup lama, Aniadi dan rekan-rekannya tidak pernah putus asa.

Dukungan dari berbagai pihak pun terus mengalir.

"Dalam hati saya berkata, pasti akan selesai. Pura ini pasti akan berdiri. Teguh dan tulus saja menjalankan. Jangan berubah, itu dharma," kenang Aniadi saat mengingat masa-masa pembangunan.

Baca juga: Tiang Janur Pernikahan Luna Maya, Apa Itu Penjor dan Maknanya Bagi Umat Hindu di Bali?

Kerja keras dan upaya warga Bali di Belanda mendapatkan dukungan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Belanda, Kementerian Parekraf Republik Indonesia, Institut Seni Indonesia (ISI) Bali, serta Taman Mini Indonesia Kallenkote Belanda.

ISI Bali menugaskan Dr Anak Agung Gede Rai Remawa sebagai pendamping ahli dalam pembangunan pura ini, dengan harapan agar sesuai dengan yang digariskan dalam teks lontar tentang pembangunan tempat suci.

Pelinggih Padmasana dan Pengerurah yang menjadi bagian dari pura ini dikirim melalui laut dari Bali ke Belanda, dengan bantuan Kementerian Parekraf.

"Pura ini hanya dua pelinggih, Padmasana dan Pengerurah. Walaupun alit, namun punya komunitas Hindu Bali di Belanda," imbuh Aniadi pada Jumat (13/6/2025).

Pembangunan pura dilaksanakan secara bertahap, mulai dari pematangan lahan hingga pemasangan fondasi konstruksi.

Baca juga: Daftar Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia

Semua dilakukan secara bergotong royong, termasuk pemasangan beton sebagai fondasi dasar yang dibantu oleh tenaga teknis dari Belanda.

Pura Shanta Citta Bhuwana diyakini bukan sekadar tempat ibadah, melainkan simbol keteguhan, kebersamaan, dan cinta terhadap budaya serta spiritualitas Bali.

"Semoga terus tumbuh menjadi pusat harmoni, kedamaian, dan simbol peran perempuan serta masyarakat Bali dalam merawat warisan leluhur di manapun berada," harap Aniadi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Jika TPA Suwung Ditutup, Warga Denpasar Berharap Ada Mesin Pengolah Sampah di Setiap Desa
Jika TPA Suwung Ditutup, Warga Denpasar Berharap Ada Mesin Pengolah Sampah di Setiap Desa
Denpasar
Proyeknya di Bali Ditutup oleh Pansus TRAP, Jimbaran Hijau: Kami Menunggu Dipanggil
Proyeknya di Bali Ditutup oleh Pansus TRAP, Jimbaran Hijau: Kami Menunggu Dipanggil
Denpasar
Proyek di Jimbaran Hijau Dihentikan, Satpol PP Pasang Police Line
Proyek di Jimbaran Hijau Dihentikan, Satpol PP Pasang Police Line
Denpasar
Pansus TRAP DPRD Bali Tutup Sementara Proyek Jimbaran Hijau
Pansus TRAP DPRD Bali Tutup Sementara Proyek Jimbaran Hijau
Denpasar
Soal Bangunan Nuanu yang Disebut Melanggar, Satpol PP Bali: Secara Prinsip Tidak Masalah
Soal Bangunan Nuanu yang Disebut Melanggar, Satpol PP Bali: Secara Prinsip Tidak Masalah
Denpasar
Buat Konten Pakai Mobil Pikap di Bali, Bintang Porno asal Inggris Dijatuhi Pidana Denda Rp 200.000
Buat Konten Pakai Mobil Pikap di Bali, Bintang Porno asal Inggris Dijatuhi Pidana Denda Rp 200.000
Denpasar
Bangunan Investor di Taman Nasional Bali Barat Disegel
Bangunan Investor di Taman Nasional Bali Barat Disegel
Denpasar
Banjir Terjang Karangasem Bali, Puluhan Rumah Warga Terdampak
Banjir Terjang Karangasem Bali, Puluhan Rumah Warga Terdampak
Denpasar
Pansus TRAP Bakal Cek Kembali Nuanu Creative City meski Izin Disebut Lengkap
Pansus TRAP Bakal Cek Kembali Nuanu Creative City meski Izin Disebut Lengkap
Denpasar
Rombongan Pelajar Jepang Curi 40 Baju di Ubud Bali, Aksinya Terekam CCTV
Rombongan Pelajar Jepang Curi 40 Baju di Ubud Bali, Aksinya Terekam CCTV
Denpasar
Lift Kaca di Nusa Penida Belum Dibongkar, Sudah 3 Minggu Sejak Perintah Pembongkaran
Lift Kaca di Nusa Penida Belum Dibongkar, Sudah 3 Minggu Sejak Perintah Pembongkaran
Denpasar
Bintang Porno Asal Inggris Tak Ditahan Meski Langgar Izin Tinggal, Ini Alasan Imigrasi
Bintang Porno Asal Inggris Tak Ditahan Meski Langgar Izin Tinggal, Ini Alasan Imigrasi
Denpasar
Bintang Porno asal Inggris Lenggak-lenggok sambil Isap Lolipop saat Diperiksa Imigrasi
Bintang Porno asal Inggris Lenggak-lenggok sambil Isap Lolipop saat Diperiksa Imigrasi
Denpasar
Bintang Porno Asal Inggris dan 3 Pria WNA Bakal Dideportasi dan Dicekal 10 Tahun
Bintang Porno Asal Inggris dan 3 Pria WNA Bakal Dideportasi dan Dicekal 10 Tahun
Denpasar
Tak Ditemukan Unsur Pornografi, Bintang Porno Dijerat UU Lalu Lintas
Tak Ditemukan Unsur Pornografi, Bintang Porno Dijerat UU Lalu Lintas
Denpasar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau