Sekitar tahun 1930-an, Tjokorde Gede Raka Sukawati mendirikan sebuah rumah tamu kecil dan kunjungan wisata ke Ubud pun dimulai.
Tjokorde Gede Raka Sukawati mahir berbahasa Inggris dan Belanda. Sementara kakak laki-lakinya mengambil inisiatif untuk menyambut komposer artis terkenal Walter Spies ke Ubud untuk tinggal dan bekerja.
Tak lama kemudian Ubud menjadi tujuan para seniman. Sebut saja Rudolf Bonnet dan Willem Hofker yang datang untuk menghadirkan seni lukis modern.
Ketika kabar tentang Ubud dan keindahannya yang memesona menyebar, desa kemudian menjadi tuan rumah bagi lingkaran wajah-wajah terkenal, seperti Noël Coward, Charlie Chaplin, HG Wells, dan antropolog terkenal Margaret Mead.
Baca juga: Fakta Lift Resor di Ubud Bali Jatuh Tewaskan Lima Orang
Hal tersebut juga diceritakan oleh Tjokorda Gde Putra AA Sukawati, keturunan keenam Raja Ubud Bali, kepada Kompas.com, Minggu (5/3/2017).
Ia mengatakan, Desa Ubud mulai membuka diri dengan perkembangan dunia luar dan banyak menerima kunjungan tamu dari luar negeri sejak tahun 1927.
Tjokorda bercerita, saat itu Bali hanya digunakan transit dan satu-satunya hotel adalah Bali Hotel di sekitar Denpasar.
"Raja Ubud waktu itu Tjokorda Gde Agung Sukawati, ayah saya yang memulai perubahan dan menjadikan Desa Ubud sebagai desa wisata. Dia pula yang menggagas perkumpulan seniman-seniman yang diberi nama Pita Maha. Saat itu sudah mulai dikenal karya seni modern, tapi tetap dengan tidak meninggalkan jati diri Bali," sebutnya.
Sang ayah, menurut dia, memberikan kesempatan kepada seniman besar kala itu, seperti Walter Spies, Rudolf Bonnet, Arie Smit, dan Blanco untuk berkarya di Ubud.
Baca juga: Krisna Syok Tahu Kekasihnya Tewas Saat Lift Jatuh di Ubud Bali: Sudah 6 Tahun Pacaran
Hal tersebut membuat seni di Desa Ubud berkembang dengan pesat. Ubud juga melahirkan seniman besar, yaitu I Gusti Nyoman Lempad.
"Pada masa itu adalah masa penjajahan, tapi Raja Ubud tetap menerima kedatangan orang asing untuk tinggal disini. Berinteraksi dengan orang-orang asli sini menghasilkan karya seni berupa lukisan, pahatan, ukir, patung."
"Bahkan kediaman raja boleh digunakan untuk menginap bagi wisatawan. Ubud itu semacam vas bunga yang diletakkan di meja dan siapa saja boleh menikmatinya," ucapnya.
Namun untuk masuk ke dalam tempat tinggal, tamu harus izin lebuh dulu.
"Ini semacam membawa seluruh rumah dan isinya ke Perancis dan dampaknya sangat luar biasa bagi perkembangan Ubud. Banyak yang semakin mengenal Bali, khususnya Ubud," jelasnya.