KOMPAS.com - Nyala api dari sepotong lilin kecil menemani Idan M Hadjri saat menunaikan ibadah shalat tarawih di rumahnya pada Senin (11/3/2024). Bagi warga Denpasar itu, Ramadhan tahun ini cukup unik karena shalat tarawih perdana bertepatan dengan Hari Nyepi.
“Enggak ada masalah, enggak ada kendala,” ujar Idan, yang lahir 32 tahun lalu di Denpasar.
Pada Hari Nyepi, seluruh warga berada di dalam rumah dari pukul 06.00 Wita hingga 24 jam ke depan. Semua toko tutup, jalanan sepi, dan secara umum tidak ada aktivitas di luar sama sekali – kecuali pecalang (penjaga keamanan tradisional Bali) yang berpatroli serta beberapa rumah sakit.
Bahkan Bandara Ngurah Rai pun kosong melompong selama 24 jam. Tidak ada pesawat yang mendarat ataupun lepas landas.
Baca juga: Ratna Sarumpaet Naik Mobil di Jalan Saat Nyepi di Bali, Mengaku Cari ATM
Menurut Idan, ini bukan untuk yang pertama kalinya shalat tarawih – ibadah sunnah yang dilakukan pada malam sebelum puasa hari pertama – terjadi berbarengan dengan Nyepi.
“Saya sendiri juga pernah shalat Jumat dan shalat Ied bertepatan dengan Nyepi,” tutur Idan kepada wartawan Amahl Azwar yang melaporkan dari Bali untuk BBC News Indonesia.
“Sudah terjalin koordinasi yang cukup solid antara masjid, pecalang, dan desa adat yang memastikan dua ibadah ini bisa berjalan bersama-sama. Kuncinya ada di koordinasi dan komunikasi,” papar Idan.
Hal sama dirasakan Anjanni, 35, seorang pekerja lepas sekaligus ibu rumah tangga yang tinggal di Kerobokan, Denpasar. Anjanni menyebut masyarakat Hindu di Pulau Dewata cukup toleran.
“Bahkan di beberapa kesempatan, para pecalang ikut menjaga ketertiban setiap ada kegiatan seperti shalat Jumat dan shalat Idul Fitri,” ujar perempuan muslim itu.
Baca juga: Potret Toleransi Saat Nyepi di Kampung Bali Bekasi, Warga Jadi Pecalang Jaga Umat Hindu Ibadah
Tahun lalu, sambung Anjanni, ibadah tarawih pertama juga jatuh pada hari yang sama dengan Hari Nyepi.
Sama seperti tahun lalu, surat imbauan yang beredar dari Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Bali menyebut umat Islam dapat menjalankan shalat tarawih di tempat ibadah terdekat dengan berjalan kaki atau di rumah masing-masing dengan penerangan terbatas dan tidak menggunakan pengeras suara sama sekali.
Meski begitu, Anjanni yang tinggal di Kerobokan secara pribadi lebih memilih untuk beribadah shalat tarawih di rumah.
“Suasana tarawih di rumah di Hari Nyepi justru terasa lebih khusyuk. Pada Hari Nyepi suasananya terasa lebih tenang, lebih sepi, juga tidak ada keributan sama sekali. Dalam Islam tidak ada kewajiban melaksanakan shalat tarawih di masjid, sehingga sah-sah saja dilakukan di rumah,” ujar Anjanni.
Begitu pula dengan Abdul, 37, seorang guru di sekolah swasta yang sudah tinggal di Bali sejak 12 tahun yang lalu.
Baca juga: Libur Panjang Nyepi, 520.890 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek via Tol
“Pada kesempatan Nyepi, ibadah shalat tarawih di rumah saya rasa lebih bagus. Saya akan mengikuti anjuran tersebut tanpa merasa terbebani.”