DENPASAR, KOMPAS.com - Industri perhotelan di Pulau Dewata sedang menghadapi tantangan. Tingkat hunian hotel masih menunjukkan penurunan.
Angka kunjungan wisatawan ke Bali, secara statistik menunjukkan kenaikan. Namun tingkat okupansi hotel ternyata tidak linier dengan peningkatan kunjungan tersebut.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Prof Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati pun mengungkap ada empat penyebab okupansi hotel menurun.
Pertama, banyak wisatawan menjadikan Bali sebagai hub. Namun tujuan wisata mereka adalah Gili Lombok, Labuhan Bajo, dan destinasi beyond Bali lainnya.
Baca juga: PHK Mengintai Industri Hotel, Justru Malang dan Surabaya Tunjukkan Sinyal Positif
Kedua, beberapa bulan terakhir sejak Pelabuhan Benoa diperbaiki, banyak kapal pesiar yang mampir di Bali.
Kedatangan wisatawan tersebut memang tercatat. Hanya saja mereka tetap menginap di kapal. Sehingga tidak menyumbangkan tingkat hunian hotel.
"Ketiga, adanya vila-vila liar yang tumbuh di Bali. Lalu keempat, adanya kebijakan pemerintah pusat tentang efisiensi anggaran," tegas dia, Selasa (27/5/2025).
Baca juga: Rental Motor Lalu Dijual untuk Judi Online, Karyawan Hotel di Labuan Bajo Jadi Tersangka
Kawasan yang paling terdampak adalah Nusa Dua di Kabupaten Badung. Penurunan okupansi sebesar 10 hingga 12 persen karena sangat tergantung dengan kegiatan mice.
Tjok. Oka Artha Ardhana Sukawati yang kerap disapa Cok Ace yang kerap disapa Cok Ace ini mengatakan untuk kawasan Sanur di Denpasar dan Ubud di Gianyar, tercatat masih stabil.
Sebelumnya, diberitakan bahwa okupansi dan kinerja industri perhotelan di Jakarta juga terus menurun. PHRI Jakarta mengumumkan dampaknya bahwa kemungkinan bakal ada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran.
Baca juga: Keluhan Orangtua Siswa SMP di Batam soal Perpisahan Sekolah di Hotel, Singgung Dedi Mulyadi
Owner dan CEO Toya Devasya Hot Spring, Putu Ayu Astiti Saraswati, juga mengatakan bahwa dia tidak ada melakukan PHK. Diketahui bahwa Ayu Astiti Saraswati memiliki restoran dan sejumlah penginapan, khususnya vila.
Usahanya tersebar di beberapa tempat. Tidak hanya di Kintamani, Bangli. Namun ada juga di Ubud, Kabupaten Gianyar.
"Kami tidak ada yang melakukan PHK. Tapi cukup banyak yang resign," kata dia, Selasa (27/5/2025).
Menurut Ayu, pegawainya resign karena kini semakin banyak orang Bali yang memilih bekerja di luar negeri. Selain bekerja di bidang pariwisata, pekerja Bali memang banyak yang merantau ke kapal pesiar.
Sementara itu, pemilik hotel dan restoran di Kota Denpasar, Bagus, juga mengaku tidak ada melakukan PHK. Dia malah terus rekrut, membuka lowongan.
"Karena power ekonomi yang berputar dari domestik sampai lokal ya kalau daerah saya," imbuhnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang